NIJI
Jurnal Kajian Sastra, Budaya, Pendidikan dan Bahasa Jepang
Vol. 2, No. 1, Januari 2020, p-ISSN 2355-889X
https://doi.org/10.18510/jt.2021.xxx
http://jurnal.stibainvada.ac.id/
1
IMPLIKATUR SINDIRAN DALAM DRAMA “RICH MAN, POOR WOMAN”
(KAJIAN PRAGMATIK)
Aulia Arifbillah A
Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing Invada
Andi Abd. Khaliq Syukur
Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing Invada
Vira Tania
Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing Invada
Riwayat Artikel:
Diterima September 2019;
Direvisi November 2019;
Disetujui Januari 2020.
Abstrak:
Penelitian ini mengenai implikatur sindiran dalam Drama Rich Man Poor Woman. Implikatur
merupakan ilmu yang mengkaji tentang tuturan yang mengandung makna tersirat. Implikatur
dibagi menjadi 2 jenis yaitu implikatur konvensional dan implikatur non konvensional.
Terkait dengan hal itu, maka tujuan penelitian ini berfokus untuk mengidentifikasi jenis-jenis
implikatur sindiran dihubungkan dengan konteks yang melatarbelakanginya. Metode
penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif dengan sumber data drama Rich
Man, Poor Woman”. Penelitian ini menggunakan teori implikatur (Grice, 1975) dan teori
konteks (Chaer, 2012). Hasil penelitian ini ditemukan 12 data implikatur sindiran yang terdiri
dari 5 implikatur konvensional dan 7 implikatur non konvensional. Pada penelitian ini,
implikatur yang bermakna sindiran dituturkan bertujuan untuk merendahkan lawan tuturnya
yang sering terjadi dalam lingkungan kerja. Jenis implikatur yang sering muncul yakni jenis
implikatur non konvensional, karena banyaknya tuturan yang membutuhkan pengetahuan
khusus untuk memahami tuturan yang dimaksud oleh penutur.
Kata kunci: Pragmatik, Implikatur, Sindiran, Drama, Bahasa Jepang.
Aulia Arifbillah A., Andi Abd. Khaliq Syukur dan Vira Tania
Implikatur Sindiran dalam Drama “Rich Man, Poor Woman” (Kajian Pragmatik)
2
PENDAHULUAN
Bahasa berperan penting dalam kehidupan manusia untuk menyampaikan maksud, ide
dan gagasannya kepada orang lain (Bawono, 2017). Penggunaan bahasa tidak terlepas dari
adanya tuturan dalam berkomunikasi dan berinteraksi (Markus et al., 2017). Bahasa tuturan
beragam jenisnya mulai dari yang mudah dipahami hingga yang sukar dipahami oleh lawan
bicara (Sartini, 2009). Seperti halnya masyarakat Jepang penuh rasa sungkan untuk
mengutarakan secara langsung maksud dan tujuan pembicara (Antartika & Sadyana, 2021),
sehingga maksud yang terucap tidak tersampaikan dengan baik kepada lawan bicara (Mulyani
et al., 2020) dan tidak jarang menimbulkan kesalahpahaman satu sama lain (Rumondor et al.,
2014).
Penelitian mengenai maksud dalam tuturan dikaji melalui pendekatan pragmatik.
Menurut (Tarigan, 1986, p. 33), pragmatik sebagai suatu telaah makna dalam hubungannya
dengan aneka situasi ujaran. Sebuah maksud tuturan dapat dipahami jika pembicara dan lawan
bicara sama-sama mengetahui situasi ujaran yang terjadi. Maka, lawan bicara harus
mempunyai informasi khusus dengan mengetahui situasi ujaran agar dapat menangkap
maksud yang disampaikan oleh pembicara. Salah satu yang mengkaji tentang maksud dibalik
dari suatu tuturan adalah implikatur. Menurut (Grice, 1975, p. 44) terdapat 2 jenis implikatur
yakni, 1.) tuturan umum yang disampaikan tanpa menyembunyikan makna disebut dengan
implikatur konvensional, 2.) tuturan yang disampaikan dengan menyembunyikan makna
dengan melihat konteks tuturannya disebut dengan implikatur non-konvensional. Dalam
kehidupan manusia kerapkali menyampaikan tuturan dengan menyembunyikan maksud dan
tujuannya, salah satu contohnya adalah menyindir.
Sindiran merupakan sikap mencela, mengkritik dan merendahkan orang lain. Sindiran
adalah salah satu cara yang digunakan penutur menegur lawan tuturnya secara halus dengan
menggunakan permainan kata atau kata-kata kiasan. Dalam keseharian manusia terdapat hal-
hal yang menjadi bahan sindiran seperti penampilan, masalah sosial, persaingan dalam
pekerjaan dan lain sebagainya. Dalam lingkungan kerja, persaingan kerjaan juga merupakan
salah satu faktor terjadinya ungkapan menyindir disebabkan perasaan iri dan tidak suka
terhadap pencapaian suatu keberhasilan rekan kerja. Seperti masyarakat Jepang yang sukar
mengutarakan secara langsung maksud dan tujuannya. Hal tersebut tergambar dalam sumber
data yang akan penulis teliti yaitu drama Jepang Rich Man, Poor Woman”. Pada drama
tersebut terdapat tuturan sindiran orang Jepang yang mengandung maksud tersirat terjadi pada
lingkungan pekerjaan.
Aulia Arifbillah A., Andi Abd. Khaliq Syukur dan Vira Tania
Implikatur Sindiran dalam Drama “Rich Man, Poor Woman” (Kajian Pragmatik)
3
Penelitian terdahulu mengenai kajian ini menjadi rujukan penulis melakukan
penelitian diantaranya oleh (Aina, 2017), (Suprobo, 2015) dan (Ganiaputri, 2014). Berdasarkan
uraian yang telah dijelaskan, penulis tertarik untuk meneliti tentang jenis implikatur dan
makna sindiran dalam konteks tuturan pada drama Jepang Rich Man, Poor Woman.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif menggunakan teori
(Sudaryanto, 1986, pp. 62–63). Pada tahap pengumpulan data dimulai dengan teknik simak
dari drama Jepang (Drama: Rich Man, Poor Woman, n.d.) menggunakan teori (Mahsun,
2007, p. 92) yang selanjutnya mencatat seluruh tuturan berimplikatur sindiran dan
mendapatkan 12 data yang terdapat pada sumber data menggunakan teori (Mahsun, 2007, p.
133). Setelah itu dilakukan uji validasi data kepada native speaker untuk menuju tahap
selanjutnya yaitu analisis data. Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan dari data yang
sudah dianalisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Implikatur Dengan Makna Menyindir Kemampuan
Dialog terjadi dibelakang panggung sebuah auditorium. Dituturkan oleh dua partisipan
yakni, Yōko dan Kosuke. Yōko merupakan adik kandung dari Kosuke yang baru saja belajar
dari Amerika. Yōko datang ke Jepang untuk bekerja di restoran Next Innovation milik
kakaknya yang berprofesi sebagai koki. Dialog ini dikutip dari tuturan dalam prosesi
penerimaan karyawan dan seminar motivasi yang dihadiri oleh direktur utama perusahaan
Next Innovation sebagai pembicara. Saat itu, Yōko melihat Kosuke sedang berdiri dan
memperhatikan rekan kerjanya yang menjadi pembicara seminar.
Yōko : (a.1) 朝比奈恒介はNEXTINNOVATIONの共同経
営者で保有株数だって日向 徹と そう変わらない。
Asahina Kosuke wa Next Innovation no kyōdō keiei-sha de
hoyū kabusū datte Tōru Hyuga to sō kawaranai.
‘Jumlah saham yang dimiliki Asahina Kosuke sebagai
pemilik perusahaan juga tidak berbeda dengan yang dimiliki
oleh Hyuga Tōru.’
Kosuke : (b.1) うわっ。お前何で?
Uwaa. Omae nande?
‘Eh, kenapa kau...?’
Aulia Arifbillah A., Andi Abd. Khaliq Syukur dan Vira Tania
Implikatur Sindiran dalam Drama “Rich Man, Poor Woman” (Kajian Pragmatik)
4
Yōko : (c.1) でも,
NEXTINNOVATIONって言ったら、
日向徹だよね?
Demo, Next Innovation tte ittara Hyuga Tōru da yo ne?
‘Tapi..kalau berbicara mengenai Next Innovation selalu
identik dengan Tōru Hyuga ya kan?
(Rich Man, Poor Woman, Eps. 1, 00:25:57~00:26:20)
Pada dialog tersebut terdapat tuturan berimplikatur. Kalimat yang mengandung
implikatur ditunjukkan pada tuturan (c.1) Next Innovation tte ittara Hyuga Tōru da yo ne?”.
Kata iu (言う) ditulis dalam bentuk tara (~ たら) hingga menjadi ittara (言ったら)
memiliki arti ‘kalau berbicara’ sehingga dalam kalimat tersebut ada sebuah sebab tuturan
penutur yang berakibat pada perasaan lawan tutur. Kata (日向徹だよね) bila diterjemahkan
memiliki arti Hyuga Tōru ya kan?’. Akhiran yone (~よね) bermakna pertanyaan namun
terdapat juga sebuah pernyataan dimana pertanyaan itu menginginkan pendapat apakah lawan
tutur setuju atau tidak atas pernyataannya. Arti dari keseluruhan kalimat tersebut adalah ‘kalau
berbicara mengenai Next Innovation selalu identik dengan Hyuga Tōru ya kan?’.
Berdasarkan dialog diatas, Yōko menyampaikan pendapatnya bahwa jika seseorang
yang mendengar kata Next Innovation yang pertama terpikirkan selalu Hyuga Tōru. Tuturan
Next Innovation tte ittara Hyuga Tōru da yo ne?merupakan tuturan implikatur bermakna
sindiran karena Yōko menyampaikannya dengan memberi pertanyaan yang membutuhkan
pengakuan dari Kosuke. Maksud dalam tuturan tersebut yaitu Yōko menyindir kemampuan
kakaknya dalam bekerja. Yōko mengetahui kakaknya merupakan pendiri dan menjabat
sebagai wakil direktur di perusahaan tersebut. Namun Kosuke hanya memperhatikan saja
rekan bisnisnya yang tidak lain direktur utama perusahaan yaitu Hyuga Tōru yang sedang
berbicara di atas panggung. Sehingga tuturan tersebut merupakan implikatur bermakna
sindiran dengan menyindir kemampuan lawan tuturnya.
Maka, tuturan (c.1) termasuk jenis implikatur non-konvensional karena membutuhkan
pengetahuan khusus. Pada dialog diatas makna sebenarnya adalah Yōko sedang menyindir
Kosuke ditunjukkan dengan tuturan Yōko yang sedang membandingkan kemampuan Kosuke
dan Hyuga. Tuturan tersebut termasuk ke dalam strategi off record dengan memberikan
petunjuk yang berasosiasi (Give association clues), karena Yōko menginginkan Kosuke juga
turut andil dalam acara besar di perusahaannya.
Aulia Arifbillah A., Andi Abd. Khaliq Syukur dan Vira Tania
Implikatur Sindiran dalam Drama “Rich Man, Poor Woman” (Kajian Pragmatik)
5
b. Implikatur Dengan Makna Merendahkan Lawan Tutur
Dialog terjadi di sebuah auditorium. Dituturkan oleh dua partisipan yakni, Hyuga dan
Kyūshoku-sha. Hyuga merupakan direktur utama perusahaan Next Innovation. Saat itu sedang
berlangsung sebuah acara penerimaan karyawan baru dengan pembicara Hyuga sebagai
direktur utama. Acara tersebut dihadiri oleh mahasiswa lulusan dari berbagai universitas
terkemuka di Jepang. Dialog dituturkan ketika Hyuga memberi kesempatan kepada
Kyūshoku-sha yang ke-2 untuk memberi alasan ingin bekerja di Next Innovation.
Hyuga : (a.2) うーん。君は?
Uung. Kimi wa?
‘Hmm. Kalau anda?’
Kyūshoku-sha : (b.2) NEXT INNOVATIONに⼊れば何
か新しいことができるから。
Next Innovation ni haireba nani ka atarashii koto
ga Dekirukara.
‘Jika saya bekerja di Next Innovation, saya bisa
memulai sesuatu yang baru.’
Hyuga : (c.2)
プッ。ハハハハ。すごいな。ハハハハ。
わが社には何か新しいことがごろごろ落ちてる
のか?落ちてない。その新しい何かを⽣みだせる⼈間に
僕は給料を払うんだ。
Fff…hahaha. Sugoina. Hahaha. Wa ga sha ni wa
Nanika atarashii koto ga goro goro ochiteru no ka?
Ochitenai. Sono atarashii nanika wo umidaseru
Ningen ni boku wa kyūryō wo haraun da.
Hahaha. Wow luar biasa. Hahaha. Anda kira hal baru
apa yang akan terjadi hanya dengan bermalas-malasan di
kantor? Itu tidak akan terjadi. Saya sudah membayar
pegawai yang bisa membuat sesuatu yang baru.’
(Rich Man, Poor Woman, Eps. 1, 00:27:36~00:28:05)
Pada dialog tersebut terdapat tuturan berimplikatur. Kalimat yang mengandung
implikatur ditunjukkan pada tuturan (c.2) Fff…hahaha. Sugoina. Hahaha”. Tuturan yang
berimplikasi ditunjukkan pada kata sugoina yang memiliki arti ‘luar biasa’. Saat Hyuga
Aulia Arifbillah A., Andi Abd. Khaliq Syukur dan Vira Tania
Implikatur Sindiran dalam Drama “Rich Man, Poor Woman” (Kajian Pragmatik)
6
bertanya kepada Kyūshoku-sha yang ke-2, ia mendapatkan jawaban yang tegas lugas dan
percaya diri dari Kyūshoku-sha. Lalu, Hyuga merespon jawaban Kyūshoku-sha dengan
mengatakan sugoina’. Berdasarkan kata sugoina tersebut, Hyuga terdengar seperti sedang
memuji jawaban dari Kyūshoku-sha yang ingin bekerja di perusahaan Next Innovation.
Tuturan Fff…hahaha. Sugoina. Hahaha merupakan tuturan implikatur bermakna
sindiran. Hyuga mengimplikasikan maksudnya secara langsung. Dapat dilihat dari Hyuga
menyampaikan kata sugoi diikuti dengan tertawa. Pada kata tersebut Hyuga tidak semata-
mata memuji Kyūshoku-sha. Maksud sebenarnya yang ingin disampaikan oleh Hyuga yaitu,
jika Kyūshoku-sha bekerja di Next Innovation, Hyuga yakin tidak aka ada perubahan
signifikan yang dibuat oleh Kyūshoku-sha. Hyuga memang merupakan orang yang handal
sebagai programer, jadi dia sering meremehkan orang lain. Maka dapat dipahami bahwa
penutur meragukan kemampuan dan sedang merendahkan lawan tuturnya. Sehingga tuturan
tersebut merupakan implikatur bermakna sindiran dengan merendahkan lawan tuturnya.
Maka, tuturan (c.2) termasuk jenis implikatur konvensional karena kata sugoi memiliki
makna ganda, sehingga jika disampaikannya diikuti dengan tertawa maka dapat dipahami
bahwa tuturan Hyuga sedang menyindir Kyūshoku-sha. Pada tuturan sindiran tersebut Hyuga
menyampaikannya dengan menyatakan kebalikan dari kata ‘sugoi’. Tuturan tersebut termasuk
ke dalam strategi off record dengan menggunakan ironi (Be ironic).
c. Implikatur Dengan Makna Menyindir Penampilan
Dialog terjadi pagi hari, di dalam kantor. Dituturkan oleh dua partisipan yakni,
Hyuga dan Yama Ue. Dialog berlangsung ketika Hyuga akan rapat bersama jajaran
direksi perusahaan. Pada saat itu, Hyuga datang dengan pakaian yang sangat santai, lalu
Yama Ue sebagai staf akuntan perusahaan mengingatkan Hyuga untuk mengganti
pakaiannya. Namun setelah Hyuga mengganti pakaiannya lalu ia melihat Yama Ue
dengan pakaian yang lusuh.
Hyuga : (a.6) あれ!?
君はそんなくたびれた格好でいいの?
Are!? Kimi wa son'na kutabireta kakkō de ii no?
‘Loh? Apa kau baik-baik saja dengan tampilan yang lusuh?
Yama ue : (b.6) まぶしいよ。熟年層への嫌みか?
Mabushī yo. Jukunen-sō e no iyami ka?
‘Terang-terangan sekali. Apakah itu sindiran untuk ku?’
Hyuga : (c.6) ⾔われたとおりに着替えただけだ。あっ!若さを
Aulia Arifbillah A., Andi Abd. Khaliq Syukur dan Vira Tania
Implikatur Sindiran dalam Drama “Rich Man, Poor Woman” (Kajian Pragmatik)
7
アピールしろというなら裸で 出直すよ。
Iwareta to ori ni kigaeta dake da. A! waka-sa o apīru shiro to
iunara hadaka de denaosu yo.
‘Saya sudah mengganti pakaian seperti yang kau minta.
Ah! Kalau ini terlihat terlalu muda, saya akan keluar tanpa
busana.’
(Rich Man, Poor Woman, Eps. 2, 00:08:00 ~ 00:08:11)
Pada dialog tersebut terdapat tuturan berimplikatur. Kalimat yang mengandung
implikatur ditunjukkan pada tuturan (a.6) Kimi wa son'na kutabireta kakkō de ii no?”.
Tuturan berimplikatur ditunjukkan pada kata kutabireta kakkō yang memiliki arti ‘tampilan
yang lusuh’. Arti dari keseluruhan kalimat tersebut adalah ‘apa kau baik-baik saja dengan
tampilan yang lusuh?’. Berdasarkan dialog di atas, Hyuga protes akan pakaian yang
dikenakan oleh Yama Ue. Karena sebelumnya Yama Ue menyuruh Hyuga untuk mengganti
pakaian yang lebih formal dan rapih, tetapi ketika Hyuga sudah mengganti pakaiannya dan
melihat Yama Ue mengenakan pakaian yang lusuh dia tidak terima.
Tuturan Kimi wa son'na kutabireta kakkō de ii no? merupakan tuturan implikatur
bermakna sindiran. Hyuga mengimplikasikan sindirannya dengan bertanya dengan pertanyaan
retoris. Hyuga mengetahui jika Yama Ue juga ikut bersamanya untuk bertemu dengan para
jajaran direksi. Namun ketika Hyuga bertanya dengan melontarkan kata ii no? yang berati
‘apakah baik?’. dengan begitu seharusnya Hyuga tidak perlu bertanya kembali apa kah baik-
baik saja jika menghadiri pertemuan bersama direksi dengan pakaian yang lusuh.
Maka, tuturan (a.6) termasuk jenis implikatur konvensional karena tidak
membutuhkan pengetahuan khusus yang dimana Yama Ue langsung menyadari bahwa dirinya
sedsng disindir oleh Hyuga. Strategi yang dipakai Hyuga untuk menyindir yaitu dengan
menanyakan sebuah pertanyaan yang tidak perlu dijawab, yakni strategi off record dengan
menggunakan pertanyaan retoris (Rethorical Questions).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Jenis implikatur yang terdapat pada drama Rich Man, Poor Womanadalah implikatur
konvensional dan implikatur non konvensional. Jenis implikatur yang sering muncul
adalah implikatur non konvensional sebanyak tujuh data. Sedangkan implikatur
Aulia Arifbillah A., Andi Abd. Khaliq Syukur dan Vira Tania
Implikatur Sindiran dalam Drama “Rich Man, Poor Woman” (Kajian Pragmatik)
8
konvensional hanya muncul lima data. Jenis implikatur yang sering muncul adalah jenis
implikatur non konvensional, karena banyak tuturan yang membutuhkan pengetahuan
lebih dengan melihat konteks yang melatarbelakanginya. Sedangkan jenis implikatur
konvensional hanya muncul beberapa data saja karena dituturkan oleh patisipan yang
mempunyai latar belakang hubungan dekat satu sama lain. Meskipun partisipan
mempunyai pengetahuan konteks yang melatarbelakanginya, tuturan sindiran tidak
diungkapkan dengan kata-kata kasar melainkan dengan kata kiasan agar tidak
menyinggung perasaan lawan tutur.
2. Implikatur yang terdapat dalam tuturan sindiran mengandung makna menyindir
kemampuan dengan cara membandingkan rekan kerja satu dengan yang lainnya ditandai
dengan bentuk kalimat pengandaian tara (~たら). Implikatur sindiran mengandung
makna merendahkan lawan tutur yang disampaikan dengan cara meyatakan lawan kata
saat berbicara dengan lawan tutur dan menyindir penampilan disampaikan dengan kata-
kata sindiran secara langsung yang ‘dibungkus’ dengan pertanyaan. Implikatur dalam
tuturan sindiran yang digunakan oleh penutur sering terjadi dalam lingkungan kerja.
Penutur menggunakan implikatur dengan makna sindiran karena adanya rasa iri dan
benci terhadap rekan kerjanya sehingga menimbulkan persaingan dalam pekerjaan.
Aulia Arifbillah A., Andi Abd. Khaliq Syukur dan Vira Tania
Implikatur Sindiran dalam Drama “Rich Man, Poor Woman” (Kajian Pragmatik)
9
REFERENSI
Aina, J. (2017). Implikatur Penolakan Pada Drama Jepang: Kajian Pragmatik. Universitas
Diponegoro. (Tidak Terbit).
Antartika, I. K., & Sadyana, I. W. (2021). PERBANDINGAN BAHASA TUBUH ORANG
BALI DAN ORANG JEPANG. Prosiding Seminar Sastra Budaya Dan Bahasa
(SEBAYA), 1(01), 18–42.
Bawono, Y. (2017). Kemampuan berbahasa pada anak prasekolah: Sebuah kajian pustaka.
Prosiding Temu Ilmiah Nasional X Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia, 1.
Chaer, Abdul. (2012). Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Drama: Rich Man, Poor Woman (p. https://www.anihon.net/2018/06/j-drama-rich-man-po).
(n.d.).
Ganiaputri, F. (2014). Tindak Tutur Menyindir Bahasa Jepang dengan Pengelompokkan
Majas Sindiran Ironi, Sinisme dan Sarkasme. Universitas Indonesia.
Grice, H. Paul. (1975). (1975). “Logic and Conversation,” dalam Peter Cole dan Jerry L.
Morgan (ed), Syntax and semiotics speech acts. New York: Academic Press.
Mahsun, M. S. (2007). Metode Penelitian Bahasa: Tahap strategi, Metode dan Tekniknya.
Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Markus, N., Kusmiyati, K., & Sucipto, S. (2017). Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia
Anak Usia 4-5 Tahun. Jurnal Ilmiah FONEMA: Jurnal Edukasi Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 4(2).
Mulyani, M., Ratnawati, I. I., & Maryatin, M. (2020). KILIR LIDAH PRODUKSI UJARAN
ISYANA SARASVATI PADA VIDEO KOMPILASI YOUTUBE TINJAUAN
PSIKOLINGUSTIK. Jurnal Basataka (JBT), 3(2), 118–126.
Rumondor, F. H., Paputungan, R., & Tangkudung, P. (2014). Stereotip suku minahasa
terhadap etnis papua (studi komunikasi antarbudaya pada mahasiswa fakultas ilmu sosial
dan politik universitas sam ratulangi). Acta Diurna Komunikasi, 3(2).
Sartini, N. W. (2009). Menggali nilai kearifan lokal budaya Jawa lewat ungkapan (Bebasan,
saloka, dan paribasa). Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, 5(1), 28–37.
Sudaryanto. (1986). Metode Linguistik Bagian Pertama: Ke Arah Memahami Metode
Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suprobo, G. D. Woro. (2015). Sindiran dalam Serial Tv Kath and Kim. Universitas Gadjah
Mada.
Tarigan, G. H. (1986). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.