NIJI
Jurnal Kajian Sastra, Budaya, Pendidikan dan Bahasa Jepang
Vol. 2, No. 1, Januari 2020, p-ISSN 2355-889X
https://doi.org/10.18510/jt.2021.xxx
http://jurnal.stibainvada.ac.id/
22
KONJUNGSI TAME BERMAKNA GEN’IN DAN BERMAKNA RIYUU DALAM
KLAUSA BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)
Nunik Nur Rahmi Fauzah
Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing Invada
Riwayat Artikel:
Diterima September 2019;
Direvisi Desember 2019;
Disetujui Januari 2020.
Abstrak
Konjungsi tame memiliki beberapa makna, yaitu menyatakan tujuan dan menyatakan sebab
akibat atau genin riyuu. Makna genin riyuu seringkali dimaknai sama. Padahal terdapat
perbedaan makna antara genin dan riyuu. Maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
dan mendeskripsikan perbedaan konjungsi tame bermakna gen’in ‘sebab’ dengan konjungsi
tame bermakna riyuu ‘alasan’ pada klausa bahasa Jepang. Sumber data pada penelitian ini
adalah wacana pada NHK NEWS WEB, NHK NEWS WEB EASY, korpus
www.kotonoha.gr.jp/shonagon/ dan www.ninjal.ac.jp . Data yang ditemukan dalam penelitian
ini berupa kalimat majemuk dengan konjungsi tame. Data dianalisis menggunakan metode
deskriptif kualitatif berdasarkan teori teori teori Ikegami (2004) & (2008); teori Ichikawa
(1997) dan (2010); teori Iori dkk (2002) tentang konjungtor tame; teori Ikegami (2004) dan
Kindaichi (1989) tentang perbedaan gen’in dan riyuu. Berdasarkan hasil analisis,
teridentifikasi bahwa terdapat perbedaan konjungsi tame bermakna gen’in ‘sebab’ dengan
konjungsi tame bermakna riyuu ‘alasan’ pada klausa bahasa Jepang. Diantaranya adalah
makna gen’in ‘sebab’ lebih bersifat objektif dan umum; dan menimbulkan perubahan,
sedangkan makna riyuu ‘alasan’ lebih bersifat subjektif dan personal
Kata kunci: Konjungsi, Tame, Genin, Riyuu, Makna
Nunik Nur Rahmi Fauzah
Konjungsi Tame Bermakna Gen’in dan Bermakna Riyuu dalam Klausa Bahasa Jepang
(Kajian Semantik)
23
PENDAHULUAN
Dalam satuan bahasa, kalimat merupakan satuan bahasa terbesar setelah wacana dan
paragraf (Humaira, 2018). Dalam bahasa Jepang kalimat berdasarkan jumlah klausanya
terbagi menjadi dua macam (Dahidi, 2012), yaitu 短文tanbun ‘kalimat tunggal’ dan
複文fukubun ‘kalimat majemuk’. Tanbun atau kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya
memiliki satu klausa Zoelviawati, B. D. (2009). Hubungan perlawanan dalam kalimat
majemuk setara Bahasa Indonesia. Sedangkan fukubun atau kalimat majemuk adalah kalimat
yang memiliki dua klausa atau lebih (Sutedi, 2011, p. 66). Klausa dalam fukubun ‘kalimat
majemuk’ dibentuk dari induk kalimat dan anak kalimat (Ari, A., & Hari, S., 2020). Induk
kalimat disebut dengan 主節 shusetsu ‘klausa induk’ dan anak kalimat yang terbagi menjadi
従属節juuzokusetsu ‘klausa subordinat’ dan touisetsu 等位節 ‘klausa koordinat’.
Untuk menggabungkan klausa subordinat dan klausa induk diperlukan konjungtor.
Konjungtor tersebut berupa konjungsi (Astuti et al., 2017). Menurut Prabawa (2007)
konjungsi adalah partikel yang digunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase
dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat atau paragraf dengan paragraf.
Dalam bahasa Jepang konjungsi disebut dengan 接続詞 setsuzokushi. Menurut Rizkianingsih
(2009) setsuzokushi umumnya muncul di awal kalimat, yang menyambungkan kalimat dengan
kalimat. Setsuzokushi dapat pula menggabungkan unit yang lebih kecil dari kalimat seperti
kata dengan kata, frase dengan frase (Sugihpriyadi, 2018), klausa dengan klausa dan dapat
pula menggabungkan unit yang lebih besar dari kalimat seperti, akhir kalimat dengan akhir
kalimat (Nitta, 2010, p. 118).
Dari dua pengertian setsuzokushi atau konjungsi diatas, dapat kita lihat keterkaitan
antara klausa dengan konjungsi. Terdapat banyak konjungsi dalam bahasa Jepang. Salah
satunya adalah konjungsi tame. Tame masuk pada beberapa kelas kata. Kato dkk (1989, p.
111)memasukkan tame pada kelas kata keishiki meishi yaitu, nomina yang dapat menjadi
nominalisator. Sedangkan Iori (2002, p. 210) memasukkan tame pada kelas kata setsuzokushii
riyuu mokuteki yaitu, konjungsi yang mengungkapkan sebab tujuan. Pada penelitian ini
penulis berfokus pada tame sebagai konjungsi. Salah satu fungsi konjungsi tame dalam
kalimat bahasa Jepang adalah sebagai penanda klausa adverbial, khususnya yang berfungsi
sebagai 原因.理由節gen’in riyuu setsu ‘klausa sebab akibat’ serta 目的節mokutekisetsu
‘klausa tujuan’.
Nunik Nur Rahmi Fauzah
Konjungsi Tame Bermakna Gen’in dan Bermakna Riyuu dalam Klausa Bahasa Jepang
(Kajian Semantik)
24
Beberapa linguis mengelompokkan konjungsi tame pada beberapa makna. Iori
memunculkan makna riyuu mokuteki ‘alasan tujuan’ pada konjungsi tame (2002, p. 210).
Nitta memunculkan konjungsi tame pada gen’in riyuu setsu ‘klausa sebab alasan’ dan
mokutekisetsu ‘klausa tujuan’. Sedangkan Sunagawa memunculkan makna rieki, mokuteki
dan genin ‘kepentingan, tujuan dan sebab’ (1998, pp. 202–204). Ichikawa (Ichikawa, 1997,
pp. 350 & 354)menjelaskan pula karakteristik khusus dari tame ni, sebagai berikut :
1. Tame ni yang bermakna gen’in atau sebab banyak digunakan pada ragam tulis. Untuk
ragam lisan lebih banyak menggunakan kara atau node yang sama-sama bermakna gen’in.
2. Verba yang dilekati tame ni yang bermakna gen’in atau sebab adalah た形 ta-kei ‘verba
bentuk ta’, sedangkan verba yang dilekati tame ni yang bermakna mokuteki atau tujuan
adalah 辞書形 jishokei ‘verba bentuk kamus’.
3. Pada kalimat yang menggunakan tame ni, induk kalimatnya tidak bisa menggunakan
ungkapan yang bermakna 無意志表現 muishi hyougen ‘ungkapan non volitional’ seperti
ungkapan maksud atau harapan dari pembicara.
4. Tame ni bermakna gen’in atau sebab sering muncul pada induk kalimat untuk hal-hal
yang tidak menyenangkan.
5. Verba yang dilekati tame ni bermakna mokuteki atau tujuan adalah 意志動詞 ishidoushi
‘verba volitional’ .
Penelitian mengenai konjungsi tame telah dilakukan sebelumnya oleh Ikegami
Motoko dalam penelitiannya yang berjudul tame to tame ni pada tahun 2004 yang melihat
bagaimana perbedaan antara ため dan ために serta apa penyebab perbedaan tersebut
(Ikegami, 2004). Hasil dari penelitiannya adalah tame utamanya sering digunakan pada sebab
akibat, sedangkan tame ni pada tujuan. Pada tame bisa digunakan untuk menunjukkan sebab
dan akibat, sedangkan pada tame ni ada yang menggunakannya untuk menunjukkan sebab,
tetapi hampir tidak ada yang menggunakannya untuk akibat.
Ikegami Motoko kembali menganalisi tame dalam penelitiannya yang berjudul
Gen’in Riyuu o Arawasu “Tame” To “Ni yotte” membandingan ため tame dan によって ni
yotte pada tahun 2008 yang menunjukkan makna sebab akibat serta mencari persamaan dan
perbedaan antara keduanya (Ikegami, 2008). Hasil dari penelitiannya adalah persamaan dari
keduanya adalah jika menunjukkan sebab akibat yang lebih dari satu, baik pada tame maupun
ni yotte bisa dibubuhi dengan beberapa partikel seperti ka atau to sebagai awalan.
Nunik Nur Rahmi Fauzah
Konjungsi Tame Bermakna Gen’in dan Bermakna Riyuu dalam Klausa Bahasa Jepang
(Kajian Semantik)
25
Makna konjungsi tame berupa mokuteki ‘tujuan’ muncul pada semua teori. Sedangkan
pada makna gen’in riyuu ‘sebab alasan’, ada yang memunculkan keduanya, ada pula yang
hanya memunculkan makna gen’in ‘sebab’ saja atau makna riyuu ‘alasan’ saja.Kindaichi, dkk
(Kindaichi, 1989) dalam Nihongo Daijiten menyandingkan makna gen’in dengan kata cause
dalam bahasa Inggris yang berarti sebab dan mendefinisikannya sebagai berikut:
物事が起こり、また変わるもと。
Monogoto ga okori, mata kawaru moto.
‘Penyebab terjadinya suatu hal, yang menimbulkan perubahan.’
(1989: 615)
Sedangkan Ikegami mendefinisikan gen’in sebagai berikut:
客観的な事実の因果関係を表わすものを「原因」として分類した。
Kyakkan teki na jujitsu no in’ga kankei o arawasu mono o “gen’in” toshite bunrui
shita.
‘Mengklasifikasikan gen’in pada sesuatu yang menunjukkan hubungan sebab akibat
dari realita yang bersifat objektif.’
(2004: 17)
Kindaichi, dkk (1989, p. 2072)dalam Nihongo Daijiten menyandingkan makna riyuu
dengan kata reason ‘alasan’ atau pretext ‘dalih’ dalam bahasa Inggris dan mendefinisikannya
sebagai berikut:
. なぜそうするか、なぜそうしたかというわけ
. 口実.言いわけ
1. Naze sou suru ka, naze soushita ka toiu wake
2. Koujitsu.iiwake
‘1. Alasan kenapa akan melakukan hal tersebut, atau kenapa telah melakukan hal
tersebut’
‘2. Penjelasan. Alasan ‘
Sedangkan Ikegami (2004, p. 17) mendefinisikan riyuu sebagai berikut:
その論文の著者が起こす意志的な行為、あるいは著者が下す判断や意見の動
機付けとなるものを「理由」として分類した。
Sono ronbun no chosha ga okosu ishi teki na koui, aruiwa chosha ga kudasu handan
ya iken no douki-dzuke to naru mono o
riyuu
toshite bunrui shi ta.
‘Mengklasifikasikan “riyuu” pada suatu aktivitas yang memunculkan maksud dari
pembicara, atau suatu pemicu dari keputusan ataupun alasan yang dikemukakan
penulis.’
Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa riyuu bersifat sangat subjektif.
Perhatikan contoh data berikut :
Nunik Nur Rahmi Fauzah
Konjungsi Tame Bermakna Gen’in dan Bermakna Riyuu dalam Klausa Bahasa Jepang
(Kajian Semantik)
26
1. たくさんの建物が壊れている
ため
、どのくらいの被害があるかま
だよくわかっていません。 Takusan no tatemono ga kowareteiru tame, dono kurai
no higai ga aru ka mada yoku wakatteimasen.
Karena banyak bangunan yang rusak, belum diketahui dengan pasti berapa
kerugiannya.’
(NHK News Web Easy, 20/09/2017 11:33 AM)
2. ソフトクリーム2つ食べた
ため
夕ご飯が入らなくなった。
Sofutokuriimu futatsu tabeta tame yuu gohan ga hairanaku natta.
Karena (saya) telah makan dua softcrem, maka (saya) tidak bisa makan malam.’
(Ninjal, 29/03/2017 11:12 AM)
Pada contoh data 2 menunjukkan hubungan sebab akibat dengan tame sebagai
konjungsi. Kejadian pada klausa subordinat yaitu takusan no tatemono ga kowareteiru
‘banyak bangunan yang rusak’ merupakan sebuah sebab, yang berakibat pada keadaan dono
kurai no higai ga aru ka mada yoku wakatteimasen ‘belum diketahui dengan pasti berapa
kerugiannya’. Berdasarkan teori Ikegami (2004) dan Kindaichi (1989) hubungan sebab akibat
ini bersifat objektif dan umum. Selain itu kalimat no dua merujuk pada peristiwa alam. Dari
ciri-ciri diatas, konjungsi tame yang muncul bermakna gen’in ‘sebab’. Sedangkan pada
contoh data 3 menunjukkan hubungan alasan akibat atau hasil dengan tame sebagai konjungsi.
Situasi pada klausa subordinat yaitu sofutokuriimu futatsu tabeta ‘(saya) telah makan dua
softcrem’ merupakan sebuah alasan atas sebuah keputusan dari pihak pembicara pada kalusa
induk yaitu yuu gohan ga hairanaku natta ‘maka (saya) tidak bisa makan malam’ yang
menjadi hasilnya. Berdasarkan teori Ikegami (2004) dan Kindaichi (1989) hubungan alasan
hasil ini bersifat subjektif dan personal. Situasi ini hanya terjadi pada pembicara. Dari ciri-ciri
di atas, konjungsi tame yang muncul bermakna riyuu ‘alasan’.
Penjelasan di atas menjelaskan beberapa perbedaan konjungsi tame bermakna gen’in
‘sebab’ dengan konjungsi tame bermakna riyuu ‘alasan’ pada klausa bahasa Jepang. Pada
penelitian ini penulis tertarik untuk menganalisis lebih dalam mengenai perbedaan tersebut.
Nunik Nur Rahmi Fauzah
Konjungsi Tame Bermakna Gen’in dan Bermakna Riyuu dalam Klausa Bahasa Jepang
(Kajian Semantik)
27
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Rukin
(2019) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motovasi,
tindakan dan lain-lain, Anugerah et al., (2019) secara holistik dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah. Pada tahap pengumpulan data digunakan metode
simak dengan teknik catat. Menurut Mahsun (2013:242) menjelaskan bahwa metode simak
merupakan metode dengan menelaah penggunaan bahasa dari data yang tersedia. Menurut
Setiyadi (2006:250) menyatakan bahwa teknik catat merupakan teknik yang biasanya
digunakan dalam proses pengumpulan data dan biasanya berbentuk catatan. Pada tahap
analisis data, metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif
analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan
analisis (Ratna, 2009:53).
Sumber data yang digunakan adalah wacana pada NHK NEWS WEB, NHK NEWS WEB
EASY, korpus www.kotonoha.gr.jp/shonagon/ dan w w w.ninjal.ac.jp. Selanjutnya, melalui
sumber data tersebut, penulis mulai mencari data yang diperlukan, yaitu kalimat majemuk
bertingkat dengan tame sebagai konjungsi antar klausa
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Konjungsi Tame Bermakna Gen’in ‘Sebab’
1. Realita yang bersifat objektif
(1) 手軽に食べられる
ため
、大変人気がある。
Tegaru ni tabe rareru tame, taihen ninki ga aru.
‘Sangat populer karena mudah dimakan.’
(Ninjal, 28/02/2018 14:30)
Pada data (1) menunjukkan hubungan sebab akibat dengan konjungsi tame bermakna
gen’in sebab’. Kejadian pada klausa subordinat yaitu tegaru ni tabe rareru ‘mudah dimakan’
merupakan sebuah sebab, yang berakibat pada keadaan taihen ninki ga aru ‘sangat populer’.
Hubungan sebab akibat pada data (1) merupakan realita yang bersifat objektif dan umum.
Kata ninki aru ‘populer’ sebagai predikat pada klausa induk merupakan penanda sifat
Nunik Nur Rahmi Fauzah
Konjungsi Tame Bermakna Gen’in dan Bermakna Riyuu dalam Klausa Bahasa Jepang
(Kajian Semantik)
28
objektif, karena pada saat sesuatu menjadi populer maka menandakan bahwa sesuatu tersebut
dikenal dan disukai banyak orang (umum).
(2) 建物が火事になったとき、警官が近くの踏切で、電車に危険を知らせる「非
常ボタン」を押した
ため
、電車は自動で止まりました。
Tatemono ga kaji ni natta toki, keikan ga chikaku no fumikiri de, densha ni kiken o
shiraseru “hijou botan” o oshita tame, densha wa jidou de tomarimashita.
‘Ketika bangunan terbakar, karena polisi di dekat persimpangan kereta api menekan
“tombol darurat” yang memberitahukan bahaya kepada kereta, maka kereta otomatis
berhenti.’
(NHK News Web Easy, 20/09/2017 11:39 AM)
Pada data (2) menunjukkan hubungan sebab akibat dengan konjungsi tame bermakna
gen’in sebab’. Kejadian pada klausa subordinat yaitu tatemono ga kaji ni natta toki, keikan ga
chikaku no fumikiri de, densha ni kiken o shiraseru “hijou botan” o oshita ‘ketika bangunan
terbakar, polisi di dekat persimpangan kereta api menekan “tombol darurat” yang
memberitahukan bahaya kepada kereta’ merupakan sebuah sebab, yang berakibat pada
keadaan densha wa jidou de tomarimashita ‘kereta otomatis berhenti’. Berdasarkan teori
Gunawan (2002) yang mendefinisikan gen’in pada sesuatu yang menunjukkan hubungan
sebab akibat dari realita yang bersifat objektif, maka hubungan sebab akibat pada data (2)
merupakan realita yang bersifat objektif. Bentuk ta pada predikat klausa subordinat dan
klausa induk menjadi penanda bahwa peristiwa pada data (2) adalah realita. Realita tersebut
bersifat objektif karena apabila “tombol darurat” yang memberitahukan bahaya kepada kereta
ditekan maka menjadi sebuah kesepakatan umum kereta akan otomatis berhenti.
(3) 妻の基本ポイントも同様だが、女性の年金制度は変更を繰り返されてきた
、より細かく分類する必要がある。
Tsuma no kihon pointo mo douyou da ga, josei no nenkin seido wa henkou o
kurikaesaretekita tame, yori komakaku bunrui suru hitsuyou ga aru.
‘Hal yang sama berlaku pada poin dasar istri, namun karena sistem pensiun
perempuan telah berulang kali diubah, maka perlu diklasifikasikan lebih detail.’
(Shonagon Kotonoha, 20/02/2018 12:29)
Nunik Nur Rahmi Fauzah
Konjungsi Tame Bermakna Gen’in dan Bermakna Riyuu dalam Klausa Bahasa Jepang
(Kajian Semantik)
29
Pada data (3) menunjukkan hubungan sebab akibat dengan konjungsi tame bermakna
gen’in sebab’. Kejadian pada klausa subordinat yaitu tsuma no kihon pointo mo douyou da ga,
josei no nenkin seido wa henkou o kurikaesaretekita ‘hal yang sama berlaku pada poin dasar
istri, namun sistem pensiun perempuan telah berulang kali diubah’ merupakan sebuah sebab,
yang berakibat pada keadaan yori komakaku bunrui suru hitsuyou ga aru ‘perlu
diklasifikasikan lebih detail’. Hubungan sebab akibat pada data (31) merupakan realita yang
bersifat objektif, karena sistem pensiun perempuan merupakan sebuah sistem yang dibuat dan
diberlakukan oleh pemerintah untuk pensiunan perempuan secara umum.
2. Menimbulkan perubahan
(4) 今年は⾬の⽇が続いて、すいかが腐ったり割れたりした
ため
、集まったすい
かは去年より少なくなりました。
Kotoshi wa ame no hi ga tsuzuite, suika ga kusattari waretarishita tame, atsumatta
suika wa kyonen yori sukunakunarimashita.
Karena tahun ini terus menerus hujan dan semangka menjadi busuk dan rusak, maka
semangka yang terkumpul lebih sedikit dari tahun kemarin.’
(NHK News Web Easy, 20/09/2017 09:43 AM)
Pada data (4) menunjukkan hubungan sebab akibat dengan tame sebagai konjungsi.
Kejadian pada klausa subordinat yaitu kotoshi wa ame no hi ga tsuzuite, suika ga kusattari
waretarishita ‘tahun ini terus menerus hujan dan semangka menjadi busuk dan rusak’
merupakan sebuah sebab, yang berakibat pada keadaan atsumatta suika wa kyonen yori
sukunakunarimashita ‘semangka yang terkumpul lebih sedikit dari tahun kemarin’. Terdapat
perubahan yang terjadi pada data (4). Perubahan tersebut terlihat dari penggunaan pola ni
narimashita ‘menjadi…’ pada predikat klausa induk yang memiliki makna perubahan.
Peristiwa pada data (4) merupakan peristiwa yang berhubungan dengan kejadian alam yang
tidak terprediksi. Peristiwa hujan yang berlangsung terus menerus merupakan fenomena alam
yang berada di luar prediksi manusia, yang berdampak pada sedikitnya semangka yang
terkumpul karena busuk dan rusak. Kecenderung yang muncul dari makna pada data (4)
menimbulkan perubahan pada kejadian alam.
(5) これから雪が降る季節になる
ため
、静岡県と⼭梨県では富⼠⼭に登る4つの
道を閉めました。
Nunik Nur Rahmi Fauzah
Konjungsi Tame Bermakna Gen’in dan Bermakna Riyuu dalam Klausa Bahasa Jepang
(Kajian Semantik)
30
Korekara yuki ga furu kisetsu ni naru tame, Shizuokaken to Yamanashiken de wa
Fujusan ni noboru yotsu no michi o shimemashita.
‘Menutup empat jalan untuk mendaki gunung Fuji di perfektur Shizuoka dan perfektur
Yamanshi, karena mulai saat ini sudah memasuki musim dimana salju turun.’
(NHK News Web Easy, 20/09/2017 11:35 AM)
Pada data (5) menunjukkan hubungan sebab akibat dengan tame sebagai konjungsi.
Kejadian pada klausa subordinat yaitu korekara yuki ga furu kisetsu ni naru ‘mulai saat ini
sudah memasuki musim dimana salju turun’ merupakan sebuah sebab, yang berakibat pada
keadaan (Ponganan, 2020). Shizuokaken to Yamanashiken de wa Fujusan ni noboru yotsu no
michi o shimemashita ‘di perfektur Shizuoka dan perfektur Yamanshi empat jalan untuk
mendaki gunung Fuji ditutup’. Predikat pada klausa induk yaitu shimashita ‘(telah) menutup’
memiliki makna perubahan, yang dapat kita pahami bahwa jalan tersebut pada mulanya tidak
ditutup. Peristiwa pada data (5) merupakan peristiwa yang berhubungan dengan kejadian alam
yang bersifat repetitif di setiap tahunnya. Apabila sudah memasuki musim dimana salju turun,
maka secara otomatis empat jalan untuk mendaki gunung Fuji di perfektur Shizuoka dan
perfektur Yamanshi harus ditutup. Hal tersebut dikarenakan oleh rute pendakian tersebut
menjadi licin ketika salju turun dan berbahaya bagi para pendaki. Kecenderung yang muncul
dari makna pada data (5) menimbulkan perubahan pada kejadian alam.
(6) この半紙は、美濃でつくられていた
ため
美濃判と呼ばれていたそうだ。
Kono hanshi wa, Mino de tsukura rete ita tame minoban to yoba rete ita souda.
‘Katanya karena kertas tulis Jepang ini dibuat di Mino, maka disebut dengan
minohan.’
(Shonagon Kotonoha, 20/02/2018 12:23)
Pada data (6) menunjukkan hubungan sebab akibat dengan tame sebagai konjungsi.
Kejadian pada klausa subordinat yaitu kono hanshi wa, Mino de tsukura rete ita ‘kertas tulis
Jepang ini dibuat di Mino’ merupakan sebuah sebab, yang berakibat pada keadaan minoban to
yoba rete ita souda ‘disebut dengan minohan’. Predikat pada klausa induk yaitu yobareteita
‘disebut’ menunjukkan makna perubahan, yaitu suatu makanan yang pada mulanya belum
bernama lalu diberi nama. Data (6) menunjukkan asal usul penamaan sesuatu, yaitu penamaan
dari kertas tulis khas Jepang yang dibuat di wilayah Mino sehingga disebut dengan minohan.
Kecenderung yang muncul dari makna pada data (6) menimbulkan perubahan pada
penamaan sesuatu.
Nunik Nur Rahmi Fauzah
Konjungsi Tame Bermakna Gen’in dan Bermakna Riyuu dalam Klausa Bahasa Jepang
(Kajian Semantik)
31
(7) ロシア語でボスポミナーニエ(思い出)と書かれていた
ため
、メモリーズ・
エッグと呼ばれる。
Roshiago de bosupominaanie (omoide) to kakareteita tame, memoriizu eggu to yoba
reru.
Karena dalam bahasa Rusia ditulis dengan Bosspomannier (kenangan), maka disebut
dengan Memories Egg.’
(Shonagon Kotonoha, 27/02/2018 09:17)
Pada data (7) menunjukkan hubungan sebab akibat dengan tame sebagai konjungsi.
Kejadian pada klausa subordinat yaitu Roshiago de bosupominaanie (omoide) to kakareteita
‘dalam bahasa Rusia ditulis dengan Bosspomannier (kenangan)’ merupakan sebuah sebab,
yang berakibat pada keadaan memoriizu eggu to yoba reru ‘disebut dengan Memories Egg’.
Predikat pada klausa induk yaitu yobareru ‘disebut’ menunjukkan makna perubahan, yaitu
suatu makanan yang pada mulanya belum bernama lalu diberi nama. Data (7) menunjukkan
asal usul penamaan sesuatu, yaitu penamaan dari suatu jenis makanan. Penamaan makanan
tersebut berasal dari kata Bosspomannier dalam bahasa Rusia yang berarti kenangan.
Kemudian, makna kenangan tersebut diadopsi dalam penamaan sebuah makanan berbahan
telur yang diubah ke dalam bahasa Inggris menjadi memories, sehingga nama dari makanan
tersebut menjadi Memories Egg. Kecenderung yang muncul dari makna pada data (7)
menimbulkan perubahan pada penamaan sesuatu.
B. Konjungsi Tame Bermakna Riyuu ‘Alasan
1. Alasan Bersifat Subjektif dan Personal
(8) 最近、コンビニの店員が⾜りなくなっているため、会社は店で働く⼈を増や
したいと考えています。
Saikin, konbini no ten’in ga tarinakunatteiru tame, kaisha wa mise de hataraku hito o
fuyashitai to kangaeteimasu.
‘Karena akhir-akhir ini pelayan toserba tidak mencukupi, perusahaan
mempertimbangkan untuk menambah orang yang bekerja di toko.’
(NHK News Web Easy, 20/09/2017 11:29 AM)
Pada data (8) menunjukkan hubungan alasan hasil dengan konjungsi tame bermakna
riyuu ‘alasan’. Keadaan pada klausa subordinat yaitu saikin, konbini no ten’in ga
tarinakunatteiru ‘akhir-akhir ini pelayan toserba tidak mencukupi’ merupakan sebuah alasan,
yang menghasilkan sebuah pertimbangan kaisha wa mise de hataraku hito o fuyashitai to
kangaeteimasu ‘perusahaan mempertimbangkan untuk menambah orang yang bekerja di
toko’. Subjek pada klausa subordinat dan klausa induk kedunya berupa mahluk hidup atau
Nunik Nur Rahmi Fauzah
Konjungsi Tame Bermakna Gen’in dan Bermakna Riyuu dalam Klausa Bahasa Jepang
(Kajian Semantik)
32
animate. Hasil yang muncul pada klausa induk pada data (8) merupakan pertimbangan
pribadi perusahaan terhadap kondisi pelayan toserba yang tidak mencukupi akhir-akhir ini
berdasarkan realita di lapangan (Hajar, 2019). Penggunaan pola to kangaeteimasu pada
predikat klausa induk menjadi penanda bahwa hasil pada data (8) merupakan pertimbangan
subjektif pribadi penulis (Ridho, 2017). Penggunaan bentuk tai pada kata fuyashitai ‘ingin
menambah’ pun menjadi penanda bahwa kondisi pada klausa induk merupakan keinginan
pribadi perusahaan. Dari makna subjektif memunculkan kecenderung pada pertimbangan,
keinginan, dan keputusan pribadi.
(9) 照れを隠すため早⼝に喋った。
Tere o kakusu tame hayakuchi ni shabetta.
‘Saya berbicara dengan cepat karena menyembunyikan rasa malu saya.’
(Ninjal, 05/08/2018 14:15)
Pada data (9) menunjukkan hubungan alasan hasil dengan konjungsi tame bermakna
riyuu ‘alasan’. Aktivitas pada klausa subordinat yaitu tere o kakusu ‘menyembunyikan rasa
malu saya’ merupakan sebuah alasan, yang menghasilkan sebuah aktivitas hayakuchi ni
shabetta ‘berbicara dengan cepat’. Subjek pada klausa subordinat dan klausa induk kedunya
berupa mahluk hidup atau animate. Hasil yang muncul pada klausa induk pada data (9)
merupakan keputusan pribadi penutur yang bersifat subjektif. Penandanya terlihat jelas dari
konteks dimana penutur memutuskan untuk berbicara dengan cepat dengan alasan ingin
menyembunyikan rasa malunya. Keputusan tersebut jelas merupakan keputusan yang
diputuskan oleh pribadi penutur itu sendiri. Dari makna subjektif memunculkan kecenderung
pada pertimbangan, keinginan, dan keputusan pribadi.
(10) ⽉曜から、腰を痛めてしまったため、飲み歩いたりすることが出来ない。
Getsuyou kara, koshi o itamete shimatta tame, nomi arui tari suru koto ga dekinai.
‘Karena dari hari senin pinggang saya sakit, maka tidak dapat minum atau berjalan.’
(Ninjal, 29/02/2018 06:45)
Pada data (10) menunjukkan hubungan alasan hasil dengan konjungsi tame bermakna
riyuu ‘alasan’. Kondisi pada klausa subordinat yaitu getsuyou kara, koshi o itamete shimatta
‘dari hari senin pinggang saya sakit’ merupakan sebuah alasan, yang menghasilkan sebuah
kondisi nomi arui tari suru koto ga dekinai ‘tidak bisa minum atau berjalan’. Kondisi pada
data (10) menunjukkan kondisi kesehatan penutur yang sedang mengalami sakit pinggang,
sehingga tidak dapat minum atau berjalan. Dari makna subjektif memunculkan kecenderung
yang berhubungan dengan kondisi badan penutur atau penulis.
Nunik Nur Rahmi Fauzah
Konjungsi Tame Bermakna Gen’in dan Bermakna Riyuu dalam Klausa Bahasa Jepang
(Kajian Semantik)
33
(11) 生まれてすぐに、おなかの腸が出ていたために、三度の手術をし
ました。Umarete sugu ni, onaka no chou ga deteita tame ni, san-do no shujutsu o
shimashita.
‘Tidak lama setelah lahir, karena usus perut saya keluar, maka dilakukan operasi
yang ke tiga kali.’
(Ninjal, 05/08/2018 13:59)
Pada data (11) menunjukkan hubungan alasan hasil dengan konjungsi tame bermakna
riyuu ‘alasan’. Kondisi pada klausa subordinat yaitu umarete sugu ni, onaka no chou ga
deteita ‘tidak lama setelah lahir, usus perut saya keluar’ merupakan sebuah alasan, yang
menghasilkan sebuah tindakan san-do no shujutsu o shimashita ‘dilakukan operasi yang ke
tiga kali’. Subjek pada klausa subordinat dan klausa induk kedunya berupa mahluk hidup atau
animate. Konteks yang dapat dipahami dari kondisi pada data (11) adalah seorang ibu yang
begitu selesai melahirkan didapati kondisi ususnya keluar, sehingga diambil sebuah tindakan
operasi untuk yang ketiga kalinya. Kondisi ini menunjukkan kondisi badan orang tersebut.
Dari makna subjektif memunculkan kecenderung yang berhubungan dengan kondisi badan
penutur atau penulis.
SIMPULAN
Dari analisis klausa bahasa Jepang dengan konjungsi tame bermakna gen’in ‘sebab’
memunculkan dua makna yaitu realita yang bersifat objektif (3 data) serta menimbulkan
perubahan (4 data). Hal ini memperkuat teori tentang definisi gen’in ‘sebab’ yang
dikemukakan oleh Kindaichi (1989) dan Ikegami (2004). Selain itu, penulis melihat bahwa
terdapat kecenderung yang muncul dari makna menimbulkan perubahan, yaitu berupa
kejadian alam (2 data), dan penamaan sesuatu (2 data).
Dari analisis klausa bahasa Jepang dengan konjungsi tame bermakna riyuu ‘alasan’
memunculkan sebuah makna yaitu alasan bersifat subjektif (4 data). Hal ini memperkuat
teori tentang definisi riyuu ‘alasan’ yang dikemukakan oleh Kindaichi (1989) dan Ikegami
(2004). Dari makna subjektif memunculkan kecenderung pada pertimbangan, keinginan,
dan keputusan pribadi (2 data); serta berhubungan dengan kondisi badan penutur atau
penulis (2data).
Nunik Nur Rahmi Fauzah
Konjungsi Tame Bermakna Gen’in dan Bermakna Riyuu dalam Klausa Bahasa Jepang
(Kajian Semantik)
34
REFERENSI
Anugerah, M. F., Yulianti, W., & Juariah, S. (2019). Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun di
SDN 128 Pekanbaru Kelurahan Rantau Panjang Pekanbaru. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Multidisiplin, 3(1), 29-35.
Ari, A., & Hari, S. (2020). Penggunaan dan Fungsi Kalimat Kondisional Bahasa Jepang
“to”,“tara”,“reba” dan “nara” Berdasarkan Modalitas dan Teori Teritori
Informasi. Jurnal Lingua Applicata, 4(1), 41-52.
Astuti, W., Suryadimulya, A. S., & Suratman, M. (2017). PENERJEMAHAN
KONJUNGTOR TOKORO SEBAGAI PENANDA KLAUSA KONSESIF DALAM
KALIMAT BAHASA JEPANG. Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa, 13(1), 113-
120.
Gunawan, I. (2022). Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik. Bumi Aksara.
Hajar, S. (2019). Kohesi Gramatikal Cerpen Panggung Sysipus Karya Ependi (Kajian
Wacana). Jurnal Lingko: Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 1(1), 45-54.
Humaira, H. W. (2018). Analisis wacana kritis (AWK) model Teun A. Van Dijk pada
pemberitaan surat kabar Republika. Literasi: Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia serta
Pembelajarannya, 2(1), 32-40.
Indraswari, T. (2017). Analisis Kontrastif Kalau dalam Bahasa Indonesia dengan To, Ba, Tara
dalam Bahasa Jepang. Journal of Japanese Language Education and Linguistics, 1(1),
131-154.
Nishfullayli, S., & Setyaningsih, W. H. Kesalahan Terjemahan Konjungtor-te pada Kalimat
Majemuk Bahasa Jepang: Kajian Struktur dan Makna. JLA (Jurnal Lingua
Applicata), 3(1), 20-32.
Ponganan, D. K., Widarbowo, D., & Allolayuk, A. (2020). OPTIMALISASI PERSIAPAN
RUANG MUAT PADA MUSIM DINGIN DI MV. JK PIONEER. Venus, 8(2), 1-20.
Prabawa, A. H. (2007). Subordinator Relasi Temporal dalam Kalimat Majemuk Bertingkat.
Ridho Ilahi, R. (2017). STRUKTUR DAN MAKNA PARTIKEL PENGUTIP TO (
) PADA
KALIMAT BAHASA JEPANG
日本語における引用助詞
[
]
の構造と意味
(Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).
Rizkianingsih, N. (2009). Analisis Penggunaan Demo Keredomo Keredo dan Kedo Dalam
Kalimat Bahasa Jepang.
Rukin, S. P. (2019). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.
Sugihpriyadi, S. (2018). Makna Komposisi Dan Proses Pembentukan Verba Nomina Dalam
Majalah Animage Edisi Juli 2017 (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
Nunik Nur Rahmi Fauzah
Konjungsi Tame Bermakna Gen’in dan Bermakna Riyuu dalam Klausa Bahasa Jepang
(Kajian Semantik)
35
Zoelviawati, B. D. (2009). Hubungan perlawanan dalam kalimat majemuk setara Bahasa
Indonesia.