NIJI
Jurnal Kajian Sastra, Budaya, Pendidikan dan Bahasa Jepang
Vol. 1, No. 2, Juli 2019, p-ISSN 2355-889X
https://doi.org/10.18510/jt.2021.xxx
http://jurnal.stibainvada.ac.id/
90
TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PAPAN PERINGATAN
DI GALA YUZAWA SNOW RESORT NIIGATA JEPANG
Yanti Hidayati
Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing Invada
Nurlela
Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing Invada
Arif Rahman Hakim
Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing Invada
Riwayat Artikel:
Diterima April 2019;
Direvisi Mei 2019;
Disetujui Juli 2019.
Abstrak
Penelitian ini membahas mengenai tindak tutur direktif dalam papan peringatan yang ada di
Gala Yuzawa, Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk dan fungsi
tindak tutur direktif serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak, teknik catat dan
dokumentasi. Analsis data dilakukan dengan metode agih dan padan. Sumber data yang
digunakan adalah papan peringatan yang ada di Gala Yuzawa dengan datanya adalah tuturan-
tuturan yang mengandung tindak tutur direktif dalam papan tersebut. Hasil penelitian ini
ditemukan 79 (tujuh sembilan) data yang terbagi dalam tiga jenis tindak tutur direktif, yaitu 1)
tindak tutur direktif bermakna perintah sebanyak 38 (tiga puluh delapan) data dengan penanda
lingualnya, (1) okudasai 24 (dua puluh empat data) data, (2) te kudasai 10 (sepuluh) data,
(3) mashou 3 (tiga) data, dan (4) e/ro/yo 1 (satu) data, 2) tindak tutur direktif
bermakna permintaan sebanyak 18 (delapan belas) data dengan penanda lingualnya, (1) te
kudasai 4 (empat) data, (2) negau 4 (empat) data, dan (3) o kudasai 10 (sepuluh) data,
dan 3) tindak tutur direktif bermakna larangan sebanyak 23 (dua puluh tiga) data dengan
penanda lingualnya, (1) kinshi 5 (lima) data, (2) okotowari 1 (satu) data, (3) Vru na 1
(satu) data, (4) go enryo kudasai 5 (lima) data, (5) naide kudasai 10 (sepuluh) data, dan
(6) kin~ 1 (satu) data. Tindak tutur direktif dipengaruhi oleh waktu, penutur, mitra tutur,
maksud dan tujuan tuturan, ragam bahasa, alat yang digunakan dalam menyampaikan tuturan,
norma interaksi yang menjadi aturan, genre dari tuturan.
Kata kunci: Tindak Tutur Direktif, Papan Peringatan, Gala Yuzawa
Yanti Hidayati, Nurlela, dan Arif Rahman Hakim
Tindak Tutur Direktif dalam Papan Peringatan di Gala Yuzawa Snow Resort Niigata
Jepang
91
PENDAHULUAN
Papan peringatan merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi kepada publik. Dengan keberadaan papan peringatan
yang diletakan di suatu tempat tertentu dan memungkinkan orang untuk menerima pesan atau
informasi yang ada didalamnya pada saat membaca pesan tersebut. Berikut ini adalah salah
satu contoh papan peringatan yang ada di Jepang.
(1) ドアが開いてから、
席をお立ちねがいします
Doa ga aite kara, seki wo otachi negaishimasu.
‘Setelah pintu terbuka, dimohon berdiri dari kursi’.
Papan peringatan seperti contoh tersebut adalah bentuk kalimat permintaan dengan
penanda lingual negau yaitu 「お立ちねがいします」. Keragaman tuturan pada papan
peringatan adalah hal yang menarik untuk diteliti.
Setiap tuturan baik itu disampaikan secara langsung atau pada papan peringatan
tentunya memiliki maksud dan tujuan dari penutur kepada mitra tutur. Tuturan yang
menghasilkan suatu tindakan disebut dengan tindak tutur. Menurut Yule (2006:82), tindak
tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan-tuturan. Tindak tutur memiliki
berbagai macam jenis. Salah satunya yaitu tindak tutur direktif. Menurut Koizumi (1993:337)
Tindak tutur direktif dalam bahasa Jepang disebut sebagai kouishijiteki ( 行為指示的 ).
Koizumi (1993:337) menyatakan bahwa tindak tutur direktif yaitu penutur mencoba untuk
membuat mitra tutur melakukan suatu tindakan (perintah, permintaan, pertanyaan dan lain
sebagainya). Seperti halnya pada sebuah papan peringatan, tuturan-tuturan dituliskan berupa
kalimat-kalimat anjuran, ajakan, saran, perintah ataupun larangan. Dan kalimat-kalimat yang
tertera atau tertulis pada papan-papan peringatan tersebut menjadi sebuah tindak tutur (speech
acts) (Sakuma, 2004:116).
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang
meneliti mengenai tindak tutur pada sarana publik atau tempat umum. Dua diantaranya adalah
penelitian (Lambut, 2014) yang berjudul ‘Tindak Tutur Ilokusi dalam Papan Peringatan pada
Sarana Publik di Kota Melbourne’ dan penelitian (Safriyah, 2015) yang berjudul ‘Tindak
Tutur Imbauan dan Larangan pada Wacana Persuasi di Tempat-tempat Kos Daerah Kampus’.
Berdasarkan temuan-temuan pada papan peringatan tersebut, menjadi hal yang menarik
untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terutama mengenai tindak tutur pada papan peringatan.
Dengan demikian, penelitian ini berjudul Tindak Tutur Direktif dalam Papan Peringatan di
Gala Yuzawa Snow Resort Niigata Japan”. Dengan pembahasan masalah yaitu bentuk dan
Yanti Hidayati, Nurlela, dan Arif Rahman Hakim
Tindak Tutur Direktif dalam Papan Peringatan di Gala Yuzawa Snow Resort Niigata
Jepang
92
fungsi tindak tutur direktif dalam papan peringatan di Gala Yuzawa dan faktor yang
memengaruhi tindak tutur direktif sehingga efektif sebagai papan peringatan di Gala Yuzawa.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu
penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta kebahasaan yang ada
atau fenomena-fenomena yang memang secara empiris hidup pada penuturnya (Sudaryanto,
1988:62) Metode penelitian ini menggunakan tiga macam metode, yaitu metode pengumpulan
data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini diambil dari papan peringatan yang berada di Gala Yuzawa
Snow Resort Japan. Data dari penelitian ini adalah tuturan-tuturan yang terdapat dalam papan
peringatan yang ada di Gala Yuzawa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan teknik dokumentasi dan teknik catat. Menurut Sugiyono (2013:63) Teknik
dokumentasi digunakan untuk mengambil gambar atau foto dari papan peringatan di Gala
Yuzawa. Penelitian ini juga menggunakan metode simak dan teknik catat yaitu dengan
mencatat tuturan yang terdapat pada papan peringatan di Gala Yuzawa. Dalam penelitian ini
metode yang digunakan adalah metode agih dan padan (Sudaryanto, 1993:15). Metode agih
digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama, yaitu untuk menentukan penanda
lingual yang terdapat dalam tuturan-tuturan papan peringatan. Metode padan digunakan untuk
menjawab rumusan masalah yang kedua, yaitu menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi
tindak tutur direktif yang terdapat dalam papan peringatan.
Pada tahapan analisis, data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi kemudian
dilanjutkan dengan teknik catat. Setelah data dicatat kemudian akan dilanjutkan dengan
analisis data. Tahap analisis data yaitu :
1) Menerjemahkan tuturan-tuturan yang terdapat pada papan peringatan yang isinya
terdapat tindak tutur direktif (Matsura, 1994).
2) Mengelompokannya ke dalam lima tindak tutur direktif sesuai dengan penanda
lingualnya (Koizumi, 1993:337) dan (Namatame, 1996:102–124).
3) Mendeskripsikan faktor-faktor yang memengaruhi tindak tutur direktif sesuai dengan
teori (Hashiuchi, 1999:83).
Tahap penyajian data dilakukan dengan metode formal dan informal (Sudaryanto,
1993:91). Penyajian formal adalah penyajian kaidah penggunaan bahasa dengan hal-hal yang
mudah dilihat, seperti tabel, diagram, bagan, gambar, dan grafik. Pada penelitian ini, data
Yanti Hidayati, Nurlela, dan Arif Rahman Hakim
Tindak Tutur Direktif dalam Papan Peringatan di Gala Yuzawa Snow Resort Niigata
Jepang
93
yang sudah ditemukan akan dibuat tabel berdasarkan klasifikasi tindak tutur direktif sesuai
penanda lingualnya. Selanjutnya, menurut Sudaryanto (1993:91) bahwa metode penyajian
informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis
sifatnya. Metode penyajian informal juga bertujuan supaya mempermudah pembaca dalam
memahami penggunaan tindak tutur sesuai dengan penanda lingualnya. Metode informal
digunakan untuk mendeskripsikan hasil dari tuturan-tuturan dalam tindak tutur direktif yang
terdapat dalam papan peringatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil data yang ditemukan dari 65 papan peringatan terdapat 79 data dan
didalamnya terdapat 3 jenis tindak tutur direktif yaitu, tindak tutur direktif bermakna perintah,
permintaan dan larangan.
Tabel 1. Tindakan Tutur Derektif
No
Tindak Tutur Direktif
Penanda Lingual
Jumlah
1
Perintah (Meirei)
o ~ kudasai
24
~te kudasai
10
~mashou
3
~e/ ~ro/ ~yo
1
2
Permintaan (Irai)
~te kudasai
4
~ negau
4
o ~ kudasai
10
3
Larangan (Kinshi)
Kinshi
5
~ okotowari
1
~Vru na
1
~ go enryo kudasai
5
~naide kudasai
10
Kin~
1
Yanti Hidayati, Nurlela, dan Arif Rahman Hakim
Tindak Tutur Direktif dalam Papan Peringatan di Gala Yuzawa Snow Resort Niigata
Jepang
94
(1)
ボードの先端に
キャップをお付け下さい
Bo-do no sentan ni kyappu o otsuke kudasai.
Tol o ng gunaka n cover pada ujung papan seluncur.
Tuturan (1) termasuk ke dalam tindak tutur direktif bermakna perintah. Tuturan ini
ditandai oleh penanda o
kudasai 「お〜ください」 pada kalimat kyappu o otsuke kudasai
キャップをお付け下さい. Tuturan (1) berfungsi sebagai sarana komunikasi nonverbal
yang meminta pembaca papan peringatan untuk melakukan sesuatu yaitu diperintahkan untuk
menggunakan cover pada ujung papan seluncur.
Papan peringatan pada tuturan (1) terdapat di stasiun Gondola bawah. Biasanya selalu
dipasang di tempat menaiki Gondola di antara pintu masuk pengecekan tiket dan pintu masuk
untuk menaiki kereta gantung Gondola. Tuturan (1) berlaku untuk pengunjung Gala yang
membawa snowboard agar memasang cover yang telah disediakan. Hubungan antara penulis
dengan pembaca papan peringatan adalah hubungan pelayanan antara petugas dengan
pengunjung. Dalam tuturan (1) penulis bermaksud untuk memerintahkan pengunjung yang
membawa papan seluncur agar memasang covernya. Tujuannya adalah agar ujung papan
seluncur yang bentuknya kasar dan tajam tidak melukai wajah pengunjung lain ketika menaiki
kereta gantung Gondola. Hal tersebut tergambar pada kalimat bo-do no sentan ni kyappu o
otsuke kudasai ボードの先端にキャップをお付け下さい yang artinya ‘tolong gunakan
cover pada ujung papan’. Ragam bahasa yang digunakan dalam tuturan (1) adalah bahasa
hormat sonkeigo yang ditandai dengan o
kudasai 「お~ください」yang disampaikan
dalam bentuk meirei ‘perintah’. Alat yang digunakan untuk menyampaikan tuturan (1) berupa
bahasa tulisan yang ditulis pada papan peringatan. Aturan permainan dalam tuturan (1)
pengunjung diminta untuk menaati apa yang dimaksudkan pada papan peringatan (1), yaitu
menggunakan cover pada ujung papan. Tuturan yang dituliskan penutur (1) termasuk ke
dalam tindak tutur direktif yang ditulis dalam bentuk kalimat imperatif berupa perintah.
Yanti Hidayati, Nurlela, dan Arif Rahman Hakim
Tindak Tutur Direktif dalam Papan Peringatan di Gala Yuzawa Snow Resort Niigata
Jepang
95
スキー⽤品に(隙)!!
Suki- youhin ni suki!!
‘Pencuri alat-alat ski!!’
(2) 特に新しいスキー⽤品をお待ちの⽅は
盗まれないようにご注意ください
Tokuni atarashii suki-youhin o omochi no kata wa nusumarenai youni go chuui
kudasai.
‘Khususnya bagi pengunjung yang membawa peralatan ski baru agar berhati-hati
supaya tidak dicuri.’
Tuturan (2) termasuk ke dalam tindak tutur direktif bermakna perintah. Tuturan ini
ditandai oleh penanda o
kudasai 「お〜ください」 pada kalimat nusumarenai youni go
chuui kudasai「盗まれないようにご注意ください. Tuturan (2) berfungsi sebagai sarana
komunikasi nonverbal yang memerintah pembaca papan peringatan untuk melakukan sesuatu
yaitu berhati-hati terhadap pencuri.
Papan peringatan (2) berada di area perbelanjaan di lantai dua Gala Yuzawa. Tuturan
(2) berlaku untuk pengunjung Gala yang berada di dekat area perbelanjaan. Hubungan antara
penulis dengan pembaca papan peringatan adalah hubungan pelayanan antara petugas dengan
pengunjung. Dalam tuturan (2) penulis bermaksud untuk memerintahkan pengunjung agar
berhati-hati tidak terjadi pencurian. Tujuannya adalah agar peralatan ski yang dibawa
pengunjung tidak dicuri. Hal tersebut tergambar pada kalimat nusumarenai youni go chuui
kudasai「盗まれないようにご注意くださいyang artinya ‘berhati-hatilah agar tidak dicuri’.
Ragam bahasa yang digunakan dalam data (18) adalah bahasa hormat sonkeigo yang ditandai
dengan o
kudasai 「お〜ください」yang disampaikan dalam bentuk meirei ‘perintah’. Alat
yang digunakan untuk menyampaikan tuturan data (18) berupa bahasa tulisan yang ditulis
pada papan peringatan. Aturan permainan dalam data (18) pengunjung diperintahkan untuk
menaati apa yang dimaksudkan pada papan peringatan data (18). Tuturan yang dituliskan
penutur pada data (18) termasuk ke dalam tindak tutur direktif yang ditulis dalam bentuk
kalimat imperatif berupa perintah.
Yanti Hidayati, Nurlela, dan Arif Rahman Hakim
Tindak Tutur Direktif dalam Papan Peringatan di Gala Yuzawa Snow Resort Niigata
Jepang
96
ご案内
Go annai
‘Petunjuk’
(3) GALA湯沢スキー場では、スキー・スノーボードを装着されていないお客様、及びお
子様を抱っこ又は、おんぶしてのリフトの乗車は
お断りしております
GALA Yuzawa suki-jou dewa, suki
×
suno-bo-do o souchaku sarete inai okyaku sama,
oyobi okosama o dakko matawa, onbushite no rifuto no jousa wa okotowari shite
orimasu.
‘Di Gala Yuzawa, bagi pengunjung yang tidak menggunakan fasilitas seperti ski dan
snowboard, atau pengunjung yang menggendong anak, kami tidak mengizinkan
untuk menaiki lift.’
ロープウェイ・ゴンドラは除きます。
Ro-puwei
×
gondora wa nozokimasu.
‘Kecuali ropeway dan gondola’
(4) ご不明な点は
係員までお問合わせ下さい
Go fumei na ten wa kakariin made otoiawase kudasai.
Jika ada yang kurang jelas silahkan bertanya kepada petugas kami!
のりば
Noriba
‘Tempat naik’
(5)
まっすぐお進みください
Massugu osusumi kudasai.
Silahkan jalan terus!’
Tuturan pada papan peringatan tersebut terdapat 3 (tiga) tuturan. Ketiga tuturan tersebut
termasuk kedalam tindak tutur direktif bermakna perintah dan larangan. Tuturan ini ditandai
oleh penanda o
kudasai 「お〜ください」 pada tuturan (4) yaitu go fumei na ten wa
kakariin made otoiawase kudasai「ご不明な点は係員までお問合わせ下さい」dan tuturan (5)
yaitu massugu osusumi kudasai「まっすぐお進みください」sedangkan tuturan (3) ditandai
oleh penanda
okotowari 「お断り」pada kalimat onbushite no rifuto no jousa wa
okotowari shite orimasu「おんぶしてのリフトの乗⾞はお断りしております」. Dari ketiga
tuturan memiliki fungsi masing-masing yaitu sebagai sarana komunikasi nonverbal yang
Yanti Hidayati, Nurlela, dan Arif Rahman Hakim
Tindak Tutur Direktif dalam Papan Peringatan di Gala Yuzawa Snow Resort Niigata
Jepang
97
memerintahkan pembaca papan peringatan agar dapat melakukan sesuatu sesuai dengan yang
tertulis pada papan peringatan.
Papan peringatan (3), (4) dan (5) terdapat di area mengantri kereta gantung Gondola,
biasanya diletakkan setelah pintu pengecekan tiket Gondola. Tuturan (3), (4) dan (5) berlaku
bagi pengunjung yang akan menggunakan kereta gantung Gondola yang akan naik ke atas.
Hubungan antara penulis dengan pembaca papan peringatan adalah hubungan pelayanan
antara petugas dengan pengunjung. Dalam tuturan (3), (4) dan (5) penulis bermaksud untuk
memerintahkan pengunjung agar memperhatikan tata tertib yang telah dibuat oleh pihak Gala.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kecelakaan dan hal-hal yang tidak diinginkan. Hal
tersebut tergambar pada tuturan (4) yaitu go fumei na ten wa kakariin made otoiawase
kudai「ご不明な点は係員までお問合わせ下さい」yang artinya ‘jika ada yang kurang jelas
silahkan bertanya kepada petugas kami!’, tuturan (5) yaitu massugu osusumi
kudasai「まっすぐお進みください」yang artinya ‘silahkan jalan terus!’ dan tuturan (3) yaitu
onbushite no rifuto no jousa wa okotowari shite
orimasu「おんぶしてのリフトの乗⾞はお断りしております」yang artinya ‘kami tidak
mengizinkan pengunjung yang menggendong anak untuk menaiki lift’. Ragam bahasa yang
digunakan dalam tuturan (3), (4) dan (5) adalah bahasa hormat sonkeigo yang ditandai dengan
o
kudasai 「お〜ください」dan
okotowari 「〜お断り」yang disampaikan dalam bentuk
meirei ‘perintah’ dan kinshi ‘larangan’. Alat yang digunakan untuk menyampaikan tuturan (3),
(4) dan (5) berupa bahasa tulisan yang ditulis pada papan peringatan. Aturan permainan dalam
tuturan (3), (4) dan (5) adalah pengunjung diminta untuk menaati apa yang dimaksudkan pada
papan peringatan. Tuturan yang dituliskan penutur pada tuturan (3), (4) dan (5) termasuk ke
dalam tindak tutur direktif yang ditulis dalam bentuk kalimat imperatif berupa perintah dan
larangan.
Yanti Hidayati, Nurlela, dan Arif Rahman Hakim
Tindak Tutur Direktif dalam Papan Peringatan di Gala Yuzawa Snow Resort Niigata
Jepang
98
(6) ここで
くつをぬいでください
Koko de kutsu o nuide kudasai.
Harap lepas sepatu di sini.’
Tuturan (6) termasuk ke dalam tindak tutur direktif bermakna permintaan. Tuturan ini
ditandai oleh penanda
te kudasai 「〜 ください」pada kalimat koko de kutsu o nuide
kudasaiここでくつをぬいでください. Tuturan (6) berfungsi sebagai sarana komunikasi
nonverbal yang meminta pembaca papan peringatan untuk melakukan sesuatu yaitu agar
dapat melepas sepatunya.
Papan peringatan (6) berada di lantai dua rest room. Tuturan (6) berlaku untuk
pengunjung Gala yang menggunakan fasilitas rest room. Hubungan antara penulis dengan
pembaca papan peringatan adalah hubungan pelayanan antara petugas dengan pengunjung
Gala. Dalam tuturan (6) penulis bermaksud untuk meminta pengunjung agar dapat melepas
sepatunya ketika memasuki rest room. Tujuannya adalah untuk menjaga kebersihan di
lingkungan rest area. Hal tersebut tergambar pada kalimat koko de kutsu o nuide
kudasaiここでくつをぬいでくださいyang artinya ‘harap lepas sepatu di sini’. Ragam
bahasa yang digunakan dalam tuturan (6) adalah bahasa sopan yang ditandai dengan
te
kudasai 「~ ください」yang disampaikan dalam bentuk irai ‘permintaan’. Alat yang
digunakan untuk menyampaikan tuturan (6) berupa bahasa tulisan yang ditulis pada papan
peringatan. Aturan permainan dalam tuturan (6) pengunjung diperintahkan untuk menaati apa
yang dimaksud pada papan peringatan (6), yaitu menjaga kebersihan bersama dalam
menggunakan toilet. Tuturan yang dituliskan penutur pada tuturan (6) termasuk ke dalam
tindak tutur direktif yang ditulis dalam bentuk kalimat imperatif berupa permintaan.
Yanti Hidayati, Nurlela, dan Arif Rahman Hakim
Tindak Tutur Direktif dalam Papan Peringatan di Gala Yuzawa Snow Resort Niigata
Jepang
99
お願い
Onegai
Pemberitahuan
(7)
ロープウェイ構内・搬器内で不審物や気がかりなことがございましたら、
近くの係員までお知らせください
Ro-puwei kounai
×
hankinai de fushinbutsu ya kigakarina koto ga gozaimashitara,
ochikaku no kakariin made oshirase kudasai.
‘Apabila menemukan barang yang mencurigakan atau mengkhawatirkan di dalam
ropeway, mohon informasikan ke petugas terdekat.’
(8)
お客様のご協⼒をお願いいたします
Okyakusama no go kyouryoku o onegai itashimasu.
Mohon kerja sama kepada seluruh pengunjung.’
Tuturan pada data (7) dan (8) termasuk ke dalam tindak tutur direktif bermakna
permintaan. Tuturan ini ditandai oleh penanda o
kudasai 「お〜ください」pada kalimat
ochikaku no kakariin made oshirase kudasai「お近くの係員までおらせくださいdan
penanda lingual
negau「〜ねがう」pada kalimat okyakusama no gokyouryoku o onegai
itashimasu「お客様のご協⼒をおいいたします. Tuturan (7) dan (8) berfungsi sebagai
sarana komunikasi nonverbal yang meminta pembaca papan peringatan untuk melakukan
sesuatu yaitu meminta kerja sama dari pengunjung untuk melaporkan kepada petugas Gala
jika menemukan barang yang mencurigakan dan mengkhawatirkan di dalam ropeway.
Papan peringatan (7) dan (8) ditempel di tembok stasiun landau bawah yang berada di
dekat pintu masuk pengecekan. Tuturan (7) dan (8) berlaku untuk pengunjung Gala yang
menggunakan kereta gantung landau. Dalam tuturan (7) dan (8) penulis bermaksud meminta
kerja sama kepada pengunjung apabila melihat barang yang mencurigakan dan
mengkhawatirkan supaya segera melaporkannya ke petugas terdekat. Tujuannya adalah
memberikan kenyamanan kepada pengunjung. Hal tersebut tergambar pada kalimat ochikaku
no kakariin made oshirase kudasai. Okyakusama no go kyouryoku o onegai
itashimasu「お近くの係員までおらせください。お客様のご協力をおいいたしますya
ng artinya ‘memohon kerja sama kepada seluruh pengunjung’. Ragam bahasa yang digunakan
dalam data (7) dan (8) adalah bahasa hormat kenjogo yang ditandai dengan
negai
Yanti Hidayati, Nurlela, dan Arif Rahman Hakim
Tindak Tutur Direktif dalam Papan Peringatan di Gala Yuzawa Snow Resort Niigata
Jepang
100
itashimasu「~ねが いたしますyang disampaikan dalam bentuk irai ‘permintaan’. Alat
yang digunakan untuk menyampaikan tuturan (7) dan (8) berupa bahasa tulisan yang ditulis
pada papan peringatan. Aturan permainan dalam tuturan (7) dan (8) pengunjung diminta
kerjasamanya sesuai dengan apa yang dimaksudkan pada papan peringatan (7) dan (8).
Tuturan yang dituliskan penutur pada (7) dan (8) termasuk ke dalam tindak tutur direktif yang
ditulis dalam bentuk kalimat imperatif berupa permintaan.
(9)
進⼊禁⽌
Shinnyuu kinshi
Dilarang masuk!’
Tuturan (9) termasuk ke dalam tindak tutur direktif bermakna larangan. Tuturan ini
ditandai oleh penanda kinshi「禁⽌」 pada kalimat shinnyuu kinshi進⼊禁⽌. Data (9)
berfungsi sebagai sarana komunikasi nonverbal yang meminta pembaca papan peringatan
untuk melakukan sesuatu, yaitu dilarang masuk ke area tersebut.
Papan peringatan (9) terdapat di stasiun Gondola bawah. Biasanya selalu dipasang di
pintu keluar atau area setelah turun dari kereta gantung Gondola. Tuturan (9) berlaku untuk
pengunjung Gala yang akan menaiki kereta gantung Gondola agar tidak memasuki area exit
pada waktu Gondola beroperasi. Hubungan antara penulis dengan pembaca papan peringatan
adalah hubungan pelayanan antara petugas dengan pengunjung. Dalam tuturan (9) penulis
bermaksud untuk melarang pengunjung memasuki area exit Gondola. Tujuannya adalah agar
tidak terjadi tabrakan atau antrian di pintu keluar Gondola karena akan mengakibatkan
terhambatnya pengoperasian Gondola. Hal tersebut tergambar pada kalimat shinnyuu
kinshi進入禁止 yang artinya ‘dilarang masuk’. Ragam bahasa yang digunakan dalam
tuturan (9) yang ditandai dengan bentuk kinshi「禁止」‘larangan’ merupakan larangan yang
bersifat kuat atau keras. Alat yang digunakan untuk menyampaikan tuturan (9) berupa bahasa
tulisan yang ditulis pada papan peringatan. Aturan permainan (9) pengunjung dilarang untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan yang dimaksud pada papan peringatan (9), yaitu dilarang
masuk ke area yang telah ditentukan. Tuturan yang dituliskan penutur pada tuturan (9)
Yanti Hidayati, Nurlela, dan Arif Rahman Hakim
Tindak Tutur Direktif dalam Papan Peringatan di Gala Yuzawa Snow Resort Niigata
Jepang
101
termasuk kedalam tindak tutur direktif yang ditulis dalam bentuk kalimat imperatif berupa
larangan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis pada papan peringatan di Gala Yuzawa ditemukan tindak
tutur direktif bermakna perintah (meirei) yang berfungsi memerintah dengan penanda
lingualnya, (1) o
kudasai, (2) te kudasai, (3) mashou, dan (4) e/ro/yo. Tindak
tutur direktif bermakna permintaan (irai) yang berfungsi meminta atau memohon dengan
penanda lingualnya, (1)
te kudasai, (2)
negau, dan (3) o
kudasai. Tindak tutur direktif
bermakna larangan (kinshi) yang berfungsi melarang dengan penanda lingualnya, (1) kinshi,
(2)
okotowari, (3)
Vru na, (4)
go enryo kudasai, (5)
naide kudasai, dan (6) kin~.
Adapun faktor yang mempengaruhi tindak tutur direktif dalam papan peringatan di Gala
Yuzawa dari segi waktu yaitu musim dingin. Dari segi tempat berada dalam kawasan
pariwisata Gala Yuzawa. Peserta tutur yang terdiri penutur yaitu penulis yang mewakili
lembaga atau yang ditunjuk oleh instansi Gala Yuzawa untuk menulis tuturan pada papan
peringatan, sedangkan yang menjadi mitra tuturnya adalah pembaca papan peringatan yaitu
pengunjung dan staf Gala Yuzawa. Maksud dan tujuan tuturan yaitu, keselamatan dan
keamanan, kebersihan kawasan dan kenyamanan.Tindak tutur yang disampaikan dalam
bentuk imperatif yang bermakna perintah, permintaan dan larangan. Ragam bahasa yang
digunakan dalam tuturan yaitu sonkeigo, teineigo dan kenjogo. Alat yang digunakan dalam
menyampaikan tuturan adalah papan peringatan yang berada di Gala Yuzawa. Norma interaksi
yang menjadi aturan dalam norma yang tercantum dalam papan peringatan adalah ketegasan
dari pihak penutur atau yang menuliskan tuturan kepada mitra tutur atau pembaca papan
peringatan. Genre dari tuturan dalam papan peringatan berupa kalimat imperatif yang dikemas
dalam sebuah informasi-informasi yang mengandung sebuah perintah, permintaan dan
larangan.
Yanti Hidayati, Nurlela, dan Arif Rahman Hakim
Tindak Tutur Direktif dalam Papan Peringatan di Gala Yuzawa Snow Resort Niigata
Jepang
102
REFRENSI
Hashiuchi, T. (1999). Disukoosu Danwa no Orinaosu Sekai. Tokyo : Kuroshio Shuppan.
Koizumi, T. (1993). Nihongo Kyoushi no Tame no Gengogaku Nyuumon. Tokyo: Taishukan
Shoten.
Lambut, F. K. (2014). Tindak Tutur Ilokusi dalam Papan Peringatan pada Sarana Publik di
Kota Melbourne. Universitas Gajah Mada.
Matsura, K. (1994). Kamus Bahasa Jepang-Indonesia. Kyoto Sangyo Universitas Press.
Namatame, Y. (1996). Nihongo Kyoushi no tame no Gendai Nihongo Hyougen Bunten.
Tokyo: Bonjinsha.
Safriyah, A. (2015). Tindak Tutur Imbauan dan Larangan pada Wacana Persuasi di Tempat-
tempat Kos Daerah Kampus. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sakuma, J. (2004). Gengogaku Nyuumon. Tokyo: Kenkyusha.
Sudaryanto. (1988). Metode Linguistik (Bagian Kedua Metode dan Aneka Teknik
Pengumpulan Data). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan secara Linguistis). Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Yule, G. (2006). Pragmatics (Edisi Terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni dan Rombe
Mustajab). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.