NIJI
Jurnal Kajian Sastra, Budaya, Pendidikan dan Bahasa Jepang
Vol. 1, No. 2, Juli 2019, p-ISSN 2355-889X
https://doi.org/10.18510/jt.2021.xxx
http://jurnal.stibainvada.ac.id/
103
PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA PADA TERJEMAHAN 4 LAGU
INDONESIA YANG DITERJEMAHKAN KE DALAM BAHASA JEPANG OLEH
HIROAKI KATO
Citra Dewi
Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing Invada
Septi Ayu Maulani
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon
Cher Novita
Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing Invada
Riwayat Artikel:
Diterima Mei 2019;
Direvisi Juni 2019;
Disetujui Juli 2019.
Abstrak
Penerjemahan lagu berbahasa asing ke bahasa Indonesia banyak dilakukan. Namun fenomena
yang terjadi saat ini adalah sebaliknya. Dimana penerjemahan lagu dari bahasa Indonesia ke
bahasa asing banyak terjadi. Salah satu contohnya adalah lagu “Tak Bisakah” dari artis Noah
yang dibuat versi bahasa India atau lagu “Cari Jodoh” Band Wali yang diubah menjadi versi
bahasa Inggris. Dalam penerjemahan bebas, lagu termasuk ke dalam kategori tersebut.
Penerjemahan lagu yang disesuaikan dengan irama dan unsur intern lagu menjadikan ekspesi
penerjemahannya menjadi sangat luas dan bebas. Seperti apa penerjemahan lagu terkait
dengan pergeseran struktur dan maknanya?. Dalam penelitian ini membahas mengenai
penerjemahan lagu bahasa Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa jepang oleh seorang
artis jepang, Mr. Hiroaki Kato. Fokus penelitian ini adalah pada pergeseran bentuk dan makna
hasil terjemahan lagu berbahasa indonesia ke bahasa jepang. Rumusan masalah penelitian ini
adalah bagaimana pergeseran bentuk dan makna pada terjemahan lagu-lagu bahasa Indonesia
yang diterjemahkan ke dalam bahasa jepang. Dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak catat.
Dari hasil analisis diketahui terdapat 24 data mengalami pergeseran bentuk dan makna.
Diantaranya ada pergeseran tataran terdapat 3 data, perggeseran struktur terdapat 1 data
pergeseran kelas kata 10 data dan pergeseran pergeseran unit 5 data dan pergeseran makna
generic ke spesifik sebanyak 5 data. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan pula bahwa
terdapat banyak perubahan kata sehingga dalam bahasa sasaran mengandung makna yang
berbeda. Namun demikian hal tersebut tidak mengurangi pesan yang terkandung dari makna
yang dimaksud.
Kata kunci : Pergeseran Makna,Pergeseran Bentuk,Lagu,Penerjemahan
Citra Dewi, Septi Ayu Maulani dan Cher Novita
Pergeseran Bentuk dan Makna Pada Terjemahan 4 Lagu Indonesia yang
Diterjemahkan ke Dalam Bahasa Jepang Oleh Hiroaki Kato
104
PENDAHULUAN
Penerjemahan menurut Nida dan Taber (1974:12) “Translating consists of reproducing
in the receptor language the closes natural equivalence of the source language message, first in
terms of meaning and secondly in terms of style”, yang artinya adalah, terjemahan adalah
menghasilkan padanan yang natural yang paling dekat dengan bahasa sumber ke dalam bahasa
penerima, pertama dari segi makna dan kedua dari segi gaya” (Maulida 2017). Kali ini lirik
lagu yang digunakan sebagai analisis data, yang berjudul ruang rindu‟ dari band
Letto„sepatu‟ dari Tulus „lascar pelangi‟ dari Nidji dan „hey cantik‟ dari Shaggy Dog. Dalam
menerjemahkan lirik lagu, biasanya terdapat kata-kata yang dihilangkan atau diubah dari arti
sebenarnya demi menyesuaikan dengan nada aslinya agar tidak menimbulkan kejanggalan pada saat
lagu tersebut dinyanyikan kembali. Serta untuk mengetahui cara yang digunakan oleh seorang
penerjemah dalam melakukan proses penerjemahan (Nugroho, Septemuryantoro, and Lewa 2017).
Pada era yang semakin modern ini, banyak lagu-lagu popular dari mancanegara
(Ri’aeni 2019), sehingga lirik lagu tersebut sering dibuat dengan versi bahasa yang berbeda-
beda (Paramaswari and Wiriani 2017). Salah satunya lagu-lagu yang popular di Indonesia
yang diterjemahkan ke dalam bahasa yang berbeda yaitu bahasa Jepang yang diterjemahkan
oleh Hiroaki Kato musisi asal Jepang yang jatuh cinta pada Indonesia (Dhaniswara 2018). Pria
kelahiran Tokyo, Jepang, 9 Maret 1983 ini datang ke Indonesia tahun 2006 (Putri 2017).
Setelah sebelumnya belajar bahasa Indonesia secara otodidak selama tujuh tahun. Kemudian
pada 9 Maret 2017 (Fathurrohman 2017), ia mengeluarkan album pertamanya, “Hiroaki
Kato”, Uniknya musisi satu ini membawakan lagu dengan campuran bahasa Indonesia,
Inggris, dan Jepang.
Larson dalam Choliluding (1988:22) mengklasifikasikan terjemahan dalam dua tipe
utama, yakni terjemahan berdasarkan bentuk (form-based translation) dan terjemahan
berdasarkan makna (meaing-based translation). Terjemahan berdasarkan bentuk, cenderung
mengikuti bahasa sumber yang dikenal dengan terjemahan harfiah. Sementara terjemahan
berdasarkan makna cenderung mengkomunikasikan makna teks bahasa sumber dalam bahasa
sasaran secara alami. Terjemahan tersebut dikenal dengan terjemahan idiomatik. Pergeseran
bentuk dan makna banyak terjadi pada penerjemahan lagu dari bahasa Indonesia ke bahasa
jepang, yang seringkali memakai bahasa baku. Demikian pula yang terjadi pada lagu-lagu
Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa jepang oleh Hiroaki Kato. Lagu-lagu tersebut
terdapat banyak pergeseran bentuk dan makna. Adapun contoh berikut ini:
a. Contoh Pergeseran
Citra Dewi, Septi Ayu Maulani dan Cher Novita
Pergeseran Bentuk dan Makna Pada Terjemahan 4 Lagu Indonesia yang
Diterjemahkan ke Dalam Bahasa Jepang Oleh Hiroaki Kato
105
Tabel 1. Bentuk Data 1
Always
Together
Tak bisa
Bersatu
Adverbia
Nomina
Ve rb a
Ve rb a
いつも
Itsumo
いっ
Issho
でも
demo
まじわらない
majiwaranai
Nomina
Nomina
Conjungs
Ve rb a
Pada data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kelas kata nomina dalam bahasa
Indonesia tetap diterjemahkan ke dalam kelas kata nomina dalam bahasa Jepang untuk
mendapatkan kesepadanan. Dari data di atas pula dapat diketahui bahwa ada penambahan kata
sa yang merupakan sufiks sebagai intro dalam sebuah musik. Pada kata selajutnya terdapat
pergeseran tataran (level shift) dimana kata “bersatu‟ dalam Bsu diterjemahkan menjadi
majiwaranai‟ dalam Bsa. Secara leksikal majiwaranai‟ berasal dari verba majiwaru yang
mengalami perubahan bentuk negatif ditandai dengan bentuk nai menjadi majiwaranai‟.
Bentuk negatif dalam bahasa Indonesia ditunjukan dengan kata keterangan “tidak atau bukan‟,
dengan demikian “majiwaranai‟ dalam Bsu bergeser menjadi “tidak bersahabat‟.
Tabel 2. Contoh Pergeseran Makna Data 23
Jangan
Berpaling
Dahulu
Adverbia
Ve rb a
Adverbia
そんあ
sonna
Ni
いそがない
Isoganai
De
Adverbia
Partikel
Ve rb a
Partikel
Pada data di atas terdapat pergeseran makna spesifik ke makna generik yaitu pada kata
Citra Dewi, Septi Ayu Maulani dan Cher Novita
Pergeseran Bentuk dan Makna Pada Terjemahan 4 Lagu Indonesia yang
Diterjemahkan ke Dalam Bahasa Jepang Oleh Hiroaki Kato
106
“jangan berpaling‟ pada Bsu yang diterjemahkan menjadi isoganai de‟. Secara gramatikal
“isoganai de‟ adalah “jangan terburu-buru‟ dalam Bsa. Namun kata tersebut masih dapat di
pahami pada makna yang terdapat pada Bsu.
Berdasarkan contoh penerjemahan diatas dapat disimpulkan bahwa terjemahkan satu teks dalam
bahasa sumber tidak mungkin sepenuhnya diterjemahkan ke dalam teks bahasa sasaran karena
proses terjemahan dimulai dari mencari arti ke arti (padanannya). Apabila tidak ditemukan
bentuk atau makna yang relevan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran, maka salah satu teks
bahasa sumber atau bahasa sasaran ada yang harus ditambah dan ada pula yang harus dikurangi
kosakatanya. Oleh karena hal tersebut penelitian mengenai pergeseran bentuk dan makna dalam
terjemahan lagu-lagu bahasa Indonesia yang diterjemahkan kedalam bahasa Jepang menjadi
kajian yang menarik. Sehingga pada penelitian ini akan meneliti tentang pergeseran bentuk dan
makna yang terdapat dalam lagu-lagu Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang
oleh Hiroaki Kato.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas akan memfokuskan masalah dengan meneliti
tentang pergeseran bentuk dan makna pada terjemahan 4 lagu Indonesia yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Jepang oleh Hiroaki Kato. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai apa saja
pergeseran makna pada terjemahan 4 lagu Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Jepang oleh Hiroaki Kato.
TEORI & METODOLOGI
1. Definisi Penerjemahan
Nida dan Taber (1969:12) menyatakan bahwa : “translating consist of reproducing the receptor
language the closest natural equivalent of a sourse-language message,firstly in terms of
meaning and secondly in terms of style”.
Yang artinya adalah “terjemahan terdiri atas upaya menghasilkan dalam BPa padanan alamiah
terdekat dari pesan BSu, pertama-tama dalam hal makna, dan kedua dalam hal style”. Senada
dengan Nida dan Taber, menurut kridalaksana dalam Nababan (1999:18) mengemukakan
definisi penerjemahan sebagai pemindahan suatu amanat dari Bsu ke dalam Bsa dengan
pertama-tama mengungkapkan maknanya kemudian gaya bahasanya. hal terpenting dalam
menerjemahkan adalah tidak melakukan pemaksaan akan menimbulkan kejanggalan dalam
hasil terjemahannya sehingga akan menyulitkan pembaca untuk memahami isi pesan
Citra Dewi, Septi Ayu Maulani dan Cher Novita
Pergeseran Bentuk dan Makna Pada Terjemahan 4 Lagu Indonesia yang
Diterjemahkan ke Dalam Bahasa Jepang Oleh Hiroaki Kato
107
terjemahan tersebut. Maka untuk memperoleh hasil penerjemahan yang wajar dan mudah
dimengerti, kesepadanan makna lebih diutamakan dari pada kesepadanan bentuk.
2. Pergeseran dalam Penerjemahan
2.1 Pergeseran Bentuk
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori pergeseran bentuk menurut Catford
(1965) dan teori pergeseran makna menurut Simatupang (1999). Menurut Catford
(1965:73–80), pergeseran bentuk dapat digolongkan menjadi dua jneis yaitu, pergeseran
tataran (level shift) dan pergeseran kategori (category shift).
a. Level Shift ( pergeseran tataran)
Catford (1965:73–75) menyatakan bahwa level shift terjadi ketika suatu ekspresi dalam
bahasa sumber (Bsu) memiliki padanan dalam bahasa sasaran (Bsa) pada level yang
berbeda. Sebelumnya Catford (1965:3) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan level
disini adalah strukturisasi dimensi bahasa berdasarkan pada substansi fonik, substansi
grafik dan substansi situasi. Level shift yang dimaksud adalah pergeseran yang terjadi dari
tingakatan grammar ke lexis atau sebaliknya. Artinya, karena perbedaan tata bahasa maka
tataran gramatikal dalam suatu bahasa harus diterjemahkan menjadi tingkat kata (lexis)
dalam bahasa lain. Misalnya dalam bahasa Indonesia, dengan menggunakan kata
“sudah‟ atau “telah‟ (Machali 1998:14).
b. Category shift ( pergeseran kategori)
Dalam proses penerjemahan terdapat perubahan atau pergeseran bentuk untuk mencapai
kesepadanan (equivalence) antara Bsu dan Bsa. Menurut Catford (1965:7580), pergeseran
itu dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu structure shift, class shift, unit shift, intra
shift.
1)
Pergeseran struktur ( structure shift)
Pergeseran struktur adalah pergeseran yang terjadi karena adanya perubahan pada
tararan kata dalam Frasa atau klausa pada proses penerjemahan, misalnya dari frasa
berstruktur diterangkan-menerangkan (DM) menjadi frasa berstruktur menerangkan-
diterangkan (MD).“Shift from MH ( Modifier + Head) to MHQ ( Modifier Head
Qualifier)” (Catford 1965:145).
2)
Pergeseran Kelas Kata ( Class Shift)
Pergeseran kelas kata terjadi ketika jenis kata tertentu pada bahasa sumber bergeser
menjadi jenis kata lainnya pada bahasa sasaran, misalnya dari kelas kata nomina
menjadi verba atau adjektiva dan sebaliknya.
3)
Pergeseran Unit ( unit Shift)
Pergeseran unit merupakan pe rubahan yang terjadi pada tingkat gramatikal (kata,
frasa, klausa, kalimat) dalam menerjemahkan Bsu ke Bsa. Kesepadanan yang dicari
dari tataran bahasa pada bahasa sumber berbeda dalam bahasa sasaran. Bila pergeseran
itu terjadi dari satuan yang lebih rendah ke satuan yang lebih tinggi disebut upward rak
shift. Sebaliknya bila pergeseran itu terjadi dari satuan yang lebih tinggi ke satuan yang
lebih rendah maka disebut downward rank shift.
4)
Pergeseran Sistem Bahasa ( Intra system shift)
Catford (1965:80) menggunakan istilah intra system shift ini untuk kasus-kasus
dimana terjadi pergeseran yang disebabkan oleh tata bahasa yang berbeda dari kedua
bahasa yang terlibat. Dalam hal ini, sebenarnya kedua sistem bahasa dalam Bsu dan
Bsa memiliki sistem yang sepadan secara formal satu sama lain. Bahasa sumber dan
bahasa sasaran terkadang memiliki sistem-sistem yang hampir sama. Tetapi, pergeseran
sistem bahasa dapat terjadi saat penerjemah melibatkan sistem bahasa yang berbeda.
Citra Dewi, Septi Ayu Maulani dan Cher Novita
Pergeseran Bentuk dan Makna Pada Terjemahan 4 Lagu Indonesia yang
Diterjemahkan ke Dalam Bahasa Jepang Oleh Hiroaki Kato
108
2.1 Pergeseran Makna
Simatupang (1999:92–95), pergeseran di bidang semantik terjadi karena
perbedaan sudut pandang dan budaya penutur bahasa-bahasa yang berbeda. Pergeseran
pada tataran semantik atau makna tersebut ada dua jenis, yaitu:
a. Pergeseran dari Makna Generik ke Makna Spesifik dan sebaliknya.
Simatupang (1999:92) menyatakan bahwa ada kalanya padanan yang sangat tepat
sebuah kala di dalam bahasa sumber tidak terdapat di dalam bahasa sasaran. Misalnya, kata
bahasa sumber mempunyai makna generik dan padanan kata tersebut dalam bahasa
sasaran tidak mengacu kepada makna generik tetapi kepada makna yang lebih spesifik.
Jadi, penyesuaian yang harus dilakukan ialah makna generik ke dalam makna spesifik.
Tabel 3. (a) Makna Generik ke Spesifik
Sodara Kandung (
Indonesia)
甥=oi 姪=
mei (Jepang
Kata sibling dalam bahasa inggris berartti suadara kandung. Kata tersebut jika
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bersifat spesifik terdapat dua makna yaitu, adik
atau kakak. Dengan demikian pada penerjemahannya terjadi pergeseran makna dari makna
generik ke makna spesifik.
Padanan kata sodara kandung dalam bahasa jepang juga lebih spesifik . Dalam
bahasa Indonesia, sodara kandung bersifat generik karena digunakan tanpa memperhatikan
jenis kelamin. Untuk membedakan apakah keponakan itu laki-laki atau perempuan,
digunakan keterangan dibelakang kata sodara, yaitu sodara laki-laki dan sodara
perempuan sedangkan dalam bahasa Jepang, penyebutan sodara bersifat spesifik yaitu oi
untuk sodara laki-laki dan mei untuk sodara perempuan.
Menurut Simatupang (1999:92) pergeseran kata dari makna generik ke makna yang
lebih spesifik dalam proses penerjemahan dapat meliputi kelas kata nomina, verba,
adjektiva dan lain-lain
b. Pergeseran Makna karena Sudut Pandang Budaya
Pergeseran atau perbedaan makna juga terjadi kerana perbedaan sudut pandang dan
budaya penutur bahasa-bahasa yang berbeda. Sebagai contoh dalam bahasa Jepang untuk
menyebutkan nama lawan bicara yang memiliki hubungan dekat selalu menambahkan
~san, ~kun, ~chan setelah nama lawan bicaranya. Kali ini dilakukan untuk memberikan
kesan bahwa pembicara memiliki hubungan yang sangat dekat dengan lawan bicaranya
dan memberikan kesan yang imut seperti kakak ke adik, senior ke junior dan sebagianya.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia untuk menyebutkan nama seseorang yang memiliki
hubungan dekat dengan pembicara biasanya hanya menyebutkan nama lawan bicara saja.
Walaupun ada beberapa yang menggunakan panggilan khusus untuk menyebut lawan
bicara. Tetapi sebagian besar hanya menyebutkan nama saja. Selain itu, misalnya nama
Yamada hanya ada di Jepang.
Generik
Spesifik
Sibling
( Inggris )
甥=oi 姪=
mei (Jepang)
Citra Dewi, Septi Ayu Maulani dan Cher Novita
Pergeseran Bentuk dan Makna Pada Terjemahan 4 Lagu Indonesia yang
Diterjemahkan ke Dalam Bahasa Jepang Oleh Hiroaki Kato
109
Di dalam menerjemahkan suatu teks, akan sulit sekali untuk dapat terus setia pada
teks asli. Pada bahasa-bahasa tertentu yang meiliki struktur berbeda, pergeseran akan
selalu terjadi. Terlebih lagi jika kata dalam bahasa sumber tidak memiliki padanan dalam
bahasa sasaran. Untuk itulah dibutuhkan metode maupun teknik untuk dapat mengolah
hasil terjemahan agar berterima dan dipahami dalam bahasa sasaran.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskripsi kualitatif yang
bertujuan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai pergeseran bentuk dan
makna dalam hasil terjemahan lagu-lagu bahasa Indonesia yang ditejemahkan ke dalam
bahasa Jepang. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Nazir (1998:63), metode
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat dekripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
penomena yang diselidiki.
Penelitian ini dilakukan melalui proses penyediaan data, tahap analasis data, dan tahap
sistematika penyajian hasil analisis data. Menurut Sudaryanto (1986:57) terdapat tiga
cara tahap strategi dalam metode penelitian menurut tahapan strateginya, yaitu cara atau
metode pengumpulan data, cara atau metode analisis data dan cara atau metode
pemapaparan hasil analisis data atau penyajian hasil penguraian data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Pergeseran Tataran (Level Shift)
Pergeseran tataran terjadi apabila transposisi menghasilkan unsur bahasa sasaran
yang berbeda tatarannya, baik tataran gramatikal ataupun tataran leksikal. Pada penelitian
ini di temukan 3 data pergeseran tataran.
Tabel 4. Data 1
Selalu
Bersama
Tak bisa
Bersatu
Adverbaia
Nomina
Ve rb a
Ve rb a
Pada data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pergeseran tataran (level
shift) dimana kata „bersatu‟ dalam Bsu diterjemahkan menjadi “majiwaranai‟ dalam Bsa.
Secara leksikal majiwaranai‟ berasal dari verba majiwaru‟ yang mengalami perubahan
bentuk negatif ditandai dengan bentuk nai menjadi majiwaranai‟. Bentuk negatif
dalam bahasa Indonesia ditunjukan dengan kata keterangan “tidak atau bukan‟, dengan
demikian majiwaranai‟ dalam Bsu bergeser menjadi “tidak bersahabat‟. Pada kata
selajutnya bahwa ada penambahan kata sa yang merupakan sufiks sebagai intro dalam
いつも
Itsumo
いっし
sa
でも
Demo
まじわらな
Issho
Majiwaranai
Nomina
Nomina
Intro
Conjungsi
Ve rb a
Citra Dewi, Septi Ayu Maulani dan Cher Novita
Pergeseran Bentuk dan Makna Pada Terjemahan 4 Lagu Indonesia yang
Diterjemahkan ke Dalam Bahasa Jepang Oleh Hiroaki Kato
110
sebuah musik. Data di atas menggunakan teknik padanan lazim supaya untuk
menggunakan istilah penggunaan bahasa sehari-hari.
2. Pergeseran Struktur (structure shift)
Pergeseran struktur adalah pergeseran yang terjadi karena adanya perubahan pada
tataran perubahan kata dalam frasa atau klausa pada proses penerjemahan, misalnya dari
frasa berstruktur Diterangkan-Menerangkan (DM) menjadi frasa berstruktur
Menerangkan- Diterangkan (MD). Pada penelitian ini ditemukan 1 data yaitu:
Tabel 5. Data 4
Kusenang
Bila
Diajak
Berlari
Kencang
Adjektiva
Pronomina
Nomina
Adverbia
Nomina
はし
Hashiru
No
w
a
そりゃ
sorya
たのしい
Tan oshi
けれど
Keredo
Adverbia
Partikel
Partikel
Adverbia
Adjektiva
konjungsi
Pada data di atas dapat disimpulkan bahwa kelas kata adjektiva pada bahasa Indonesia
tetap diterjemahkan ke dalam kelas kata adjektiva dalam bahasa Jepang untuk
mendapatkan kesepadanan. Namun di ahir kalimat ada penambahan kata keredo yang
merupakan konjungsi untuk menyesuaikan lagu, dan kata keredo sebagai intro ahir
dalam sebuah lagu. Selanjutnya terdapat pergeseran susunan kata pada struktur kalimat
Bsu dan Bsa. Struktur kalimat bahasa Jepang adalah S-O-P dan struktur kalimat bahasa
Indonesia adalah S-P-O. kalimat “ku‟ (sebagai subjek), “senang bila diajak‟ (sebagai
predikat), “berlari kencang‟ (sebagai objek) yang terdapat dalam Bsu diterjemahkan
menjadi “hashiru no wa‟ (sebagai subjek), sorya” (sebagai objek), “tanoshi keredo‟
(sebagai Predikat) yang terdapat dalam Bsa. Dapat dilihat bahwa susunan kata Bsu dan
Bsa berubah, struktur awal pada Bsu yaitu Menerangkan-Diterangkan menjadi
Diterangkan-Menerangkan pada struktur Bsa. Perubahan yang terjadi tetap memiliki
makna yang sama dari Bsu ke Bsa. Selain itu data diatas menggunakan teknik
penerjemahan transposisi dimana penerjemah melakukan perubahan kategori gramatikal.
3. Pergeseran Kelas Kata ( Class Shift)
Pergeseran kelas kata terjadi ketika jenis kata tertentu pada bahasa sumber bergeser
menjadi jenis kata lainnya pada bahasa sasaran. Misalnya dari kelas kata nomina menjadi
verba atau adjektiva dan sebaliknya. Pada penelitian ini ditemukan 10 data yaitu:
Tabel 6. Data 5
Terasa Lengkap
Bila
Kita
Berdua
Adjektiva
konjungsi
Pronomi
na
Numeralia
⼆⼈
Hitori
No
時間
jikan
wa
さいこう
saikou
Sa
Nume
ralia
Partikel
Adverbia
partikel
Nomina
Sufiks
Citra Dewi, Septi Ayu Maulani dan Cher Novita
Pergeseran Bentuk dan Makna Pada Terjemahan 4 Lagu Indonesia yang
Diterjemahkan ke Dalam Bahasa Jepang Oleh Hiroaki Kato
111
Pada data diatas terdapat pergeseran kelas kata, yaitu perubahan “terasa lengkap‟ pada
Bsu diterjemahkan menjadi kata saikou‟ pada Bsa. Secara leksikal frasa “terasa lengkap‟
dalam Bsu merupakan bentuk adjektiva namun diterjemahkan menjadi saikou yang
merupakan bentuk nomina yang artinya “terbaik‟. Pergeseran yang terjadi
merupakanpergeseran kelas kata karena kelas kata berubah dari bentuk adjektiva menjadi
bentuk nomina. Selain itu ada penambahan kata sa yang merupakan sufiks dan juga
sebagai intro akhir dalam sebuah lagu. Dan penerjemahan ini menggunakan teknik
transposisi dalam Bsa, teknik ini ditandai dengan perpindahan keududukan kelas kata
tetapi perpindahan tersebut tidak mengurangi makna sehingga makna yang terdapat
dalam Bsa tetap sama dengan makna yang terdapat dalam Bsu.
Tabel 7. Data 6
Tapi
Saling
Sentuhpun
Kita
Tak berdaya
Konjungsi
Adverbia
Ve rb a
Subjek
Adjektiva
でも
Demo
ふれある
Fureru
すら
sura
できない
Dekinai
ぼくら
bokura
Konjungsi
Ve rb a
Adverbia
Ve rb a
Subjek
Pada data di atas terjadi perubahan bentuk dalam menerjemahkan na keiyoushi atau
kata sifat na, “tak berdaya‟ dalam bahasa sumber menjadi doushi dekinaipada bahasa
sasaran. Secara leksikal “tak berdaya‟ merupakan kata sifat na (na keiyoushi) yang
apabila diterjemahkan berarti munouna‟. Pergeseran yang terjadi merupakan pergseran
kelas kata, karena kelas kata berubah dari na keiyoushi menjadi bentuk doushi. Dan
penerjemahan ini menggunakan teknik transposisi dalam Bsa.
4. Pergeseran Unit atau Pergeseran Tingkat (Unit Shift or Rank Shift)
Pergeseran unit shift atau rank shift adalah pergeseran yang terjadi dimana hasil
terjemahan pada bahasa sasaran berbeda tingkatan dengan bahasa sumber. Misalnya,
pergeseran dari kata menjadi frasa, frasa menjadi kata atau frasa menjadi klausa, klausa
menjadi frasa. Dalam penelitian ini terdapat 5 data yaitu:
Tabel 8. Data 15
Terasa lengkap
Bila
Kita
Berdua
Adjektiva
Konjungsi
Pronomina
Numeralia
⼆⼈
Futari
No
時間
jikan
wa
さいこう
Saikou
sa
Numeralia
Partikel
Adverbia
Partikel
Nomina
Sufiks
Pada data di atas terdapat kelas kata yang berbeda yaitu pada kata “terasa lengkap‟ yang
merupakan kelas kata adjektiva diterjemahkan menjadi saikou‟ yang merupakan nomina.
Citra Dewi, Septi Ayu Maulani dan Cher Novita
Pergeseran Bentuk dan Makna Pada Terjemahan 4 Lagu Indonesia yang
Diterjemahkan ke Dalam Bahasa Jepang Oleh Hiroaki Kato
112
Selain itu ada penambahan kata sayang merupakan sufiks dan juga sebagai intro akhir
dalam sebuah lagu. Selanjutnya terdapat pergeseran unit, yaitu perubahan “terasa lengkap‟
pada Bsu diterjemahkan menjadi kata saikou” pada Bsa. Secara leksikal frasa “terasa
lengkap‟ dalam Bsu merupakan bentuk adjektiva namun diterjemahkan menjadi saikou
yang merupakan bentuk nomina yang artinya terbaik. Namun secara gramatikal frasa “terasa
lengkap‟ tidak diterjemahkan perkata dalam Bsa melainkan menjadi kata yaitu saikou‟
Perubahan tataran pada kalimat in terjadi dari satuan yang lebih tinggi yaitu frasa ke satuan
yang lebih rendah yaitu kata, istilah ini disebut Downward rank shift. Dan penerjemahan ini
menggunakan teknik generalisasi dalam menerjemahkan lirik lagu tersebut, hal ini dilakukan
agar lirik tersebut terdengar lebih alami dan bersifat umum.
Tabel 9. Data 16
Bergerak
Karena
Kaki
Manusia
Verba
Konjungsi
Nomina
Nomina
ほと
Hito
Ga
あるく
Aruku
から
Kara
ぼくら
bokura
うごく
ugoku
yo
Nomina
Partikel
Adverbia
Partikel
Subjek
Ve rb a
Partikel
Pada data di atas dapat disimpulkan bahwa frasa verba dalam bahasa Indonesia tetap
ditejamahkan frasa verba dalam bahasa Jepang untuk mendapat kesepadanan makna. Dapat
dilihat pula terdapat penambahan kata dalam menerjemahkan yaitu kata kara,bokura Untuk
mendapatkan kesesuaian lagu dan kata yo sebagai intro ahir dalam sebuah lagu. Selanjutnya
terdapat pergesera unit yaitu perubahan pada kata „kaki manusia‟ dalam Bsu diterjemahkan
menjadi bokura ugoku yo‟ yang artinya “mari kita bergerak‟ dalam Bsa. Perubahan tataran
dalam lirik ini terjadi dari satuan yang lebih rendah yaitu frasa ke satua yang lebih tinggi yaitu
kalimat. Istilah ini disebut upward rank shift. Dan penerjemahan ini menggunakan teknik
generalisasi dalam menerjemahkan lirik lagu tersebut.
4.2.2 Pergeseran Makna
Menurut Simatupang (1999:92–95) pergeseran dibidang semantik terjadi karena perbedaan
sudut pandang dan budaya penutur bahasa-bahasa yang berbeda. Pergeseran pada tataran
semantik atau makna tersebut ada dua jenis, yaitu pergseran dari makna generik ke makna
spesifik atau sebaliknya dan pergseran makna menurut sudut pandang budaya. Pada penelitian
terdapat pergeseran makna generik ke makna spesifik atau sebaliknya ditemukan 5 data yaitu:
Citra Dewi, Septi Ayu Maulani dan Cher Novita
Pergeseran Bentuk dan Makna Pada Terjemahan 4 Lagu Indonesia yang
Diterjemahkan ke Dalam Bahasa Jepang Oleh Hiroaki Kato
113
1. Pergeseran Makna Generik Ke Makna Spesifik dan Sebalikya
Tabel 10. Data 20
Untuk
Kita
Menaklukkan
Dunia
Preposisi
Subjek
Ve rb a
Nomina
Pada data di atas terjadi pergeseran makna spesifik ke makna generik,
yaitu “menaklukan dunia‟ dalam Bsu diterjemahkan menjadi sekai o kaeru‟ dalam Bsa
yang artinya “mengubah dunia‟. Menurut KBBI „menaklukan‟ merupakan kata kerja yang
artinya menundukan atau mengalahkan pada Bsu yang diterjemahkan menjadi kaeru‟
yang artinya “mengubah‟ pada Bsa. Dan penerjemahan ini menggunakan teknik
generalisasi dalam menerjemahkan lirik lagu tersebut.
Tabel 11. Data 21
Sampai
Engkau
Meraihnya
Adverbia
Subjek
Ve rb a
Yum e
Ga
ある限り
Arukagiri
Nomina
Partikel
Adverbia
Selanjutnya data tersebut juga mengalami pergeseran makna generik ke makna
spesifik , yaitu pada lirik lagu “sampai engkau meraihnya‟ pada Bsu yang
diterjemahkan menjadi yume ga aru kagiri‟ yang artinya “ada batasan mimpi‟ pada
Bsa. Dan penerjemahan ini menggunakan teknik generalisasi dalam menerjemahkan lirik
lagu tersebut.
Tabel 12. Data 22
Tak bosan
Tak Jemu- jemu
Kan kupandang
Selalu
Adverbia
Adverbia
Ve rb a
Adverbia
いつまで
Itsumade
みて
mite
ても
Temo
いよ
Akinaiyo
Adverbia
Ve rb a
Partikel
Nomina
Data di atas mengalami pergeseran makna generik ke makna spesifik, yaitu pada kata “tak
bosan tak jemu-jemu‟ pada Bsu yang diterjemahkan menjadi akinai yo‟ pada Bsa. Bila
せかい
Sekai
wo
かえる
kaeru
ための
Tan oshi
Nomina
Partikel
Ve rb a
Partikel
Citra Dewi, Septi Ayu Maulani dan Cher Novita
Pergeseran Bentuk dan Makna Pada Terjemahan 4 Lagu Indonesia yang
Diterjemahkan ke Dalam Bahasa Jepang Oleh Hiroaki Kato
114
diterjemahkan balam bahasa Jepang akinai yo‟ adalah “tidak peduli‟ pada Bsa. Dan
penerjemahan ini menggunakan teknik generalisasi dalam menerjemahkan lirik lagu tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa lagu-lagu Indonesia yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang oleh Hiroaki Kato banyak mengalami pergeseran bentuk
dan pergeseran makna di antaranya ada pergeseran tataran (level Shift), pergeseran unit (Unit
shift), pergeseran kelas kata (Class Shift), pergeseran stuktur (structure shift) dan pergeseran
makna spesifik ke generik atau sebaliknya. Selain itu dapat disimpulkan pula hasil terjemahan
Hiroaki Kato lebih banyak mengubah kata sehingga makna yang terdapat dalam bahasa sasaran
mengandung makna yang berbeda, namun tidak mengurangi pesan yang terkandung dari makna
tersebut.
Citra Dewi, Septi Ayu Maulani dan Cher Novita
Pergeseran Bentuk dan Makna Pada Terjemahan 4 Lagu Indonesia yang
Diterjemahkan ke Dalam Bahasa Jepang Oleh Hiroaki Kato
115
REFERENSI
Catford, J. C. 1965. A Lingustic Theory of Translation : An Essay in Applied Linguistics.
Oxford: Oxford University Press.
Dhaniswara, Adelia. 2018. “Metode Dan Prosedur Penerjemahan Lirik Lagu Bahasa Jepang
Nada Sousou Ke Bahasa Indonesia Oleh Hiroaki Kato Dalam Album ‘Hiroaki Kato.’”
Fathurrohman, Muhammad. 2017. Belajar Dan Pembelajaran Modern: Konsep Dasar, Inovasi
Dan Teori Pembelajaran. Garudhawaca.
Larson, Mildred L. 1988. Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman Untuk Pemadaan
Antarbahasa (Diterjemahkan Oleh Kencanawati Taniran Dari Meaning-Based
Translation: A Guide to Cross Language Equivalence). Jakarta: Arcan.
Machali, Rochayan. 1998. Redifining Textual Equivalence in Translation with Special Reference
to Indonesia-English. Jakarta: Pusat Penerjemahan Universitas Indonesia.
Maulida, Hidya. 2017. “Persepsi Mahasiswa Terhadap Penggunaan Google Translate Sebagai
Media Menerjemahkan Materi Berbahasa Inggris.” Jurnal Saintekom 7(1):56–66.
Nababan, Rudolf. 1999. Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nazir. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nida, Eugene A., and Charles R. Taber. 1969. The Theory and Practice of Translation. Leiden:
E.J. Brill.
Nida, Eugene A., and Charles R. Taber. 1974. The Theory and Practice of Translation. Leiden:
E.J. Brill.
Nugroho, Raden Arief, Syaiful Ade Septemuryantoro, and Andi Hallang Lewa. 2017.
“Penerjemahan: Sebuah Cara Untuk Meningkatkan Kualitas Pariwisata Indonesia.”
Paramaswari, Ni Kadek Ayu Dwi, and Ni Made Wiriani. 2017. “Prosedur Penerjemahan Dan
Pergeseran Makna Lirik Lagu Soundtrack Anime Bahasa Jepang Ke Dalam Bahasa
Indonesia.” Humanis 18(1).
Putri, Idola P. 2017. “Mendefinisikan Ulang Film Indie: Deskripsi Perkembangan Sinema
Independen Indonesia.” Jurnal Komunikasi Indonesia 119–28.
Ri’aeni, Ida. 2019. “Pengaruh Budaya Korea (K-Pop) Terhadap Remaja Di Kota Cirebon.”
Communications 1(1):1–25.
Simatupang, Maurits D. S. 1999. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta: Depdiknas.
Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.