Nunik Nur Rahmi Fauzah, Diddah Annissa’atul S dan Erika
Polisemi Verba Nobiru dalam Kalimat Bahasa Jepang (Kajian Semantik)
PENDAHULUAN
Bahasa memudahkan manusia untuk menyampaikan suatu pendapat, misalnya pada
kehidupan dalam sekolah makna yang didengar oleh audiens sering menimbulkan
kesalahpahaman. Kunihiro menyatakan bahwa Polisemi (tagigo) adalah kata yang memiliki
makna lebih dari satu, dan setiap makna tersebut ada pertautannya (Sutedi, 2011, p. 161).
Sejalan dengan pendapat Chaer yang mengatakan bahwa sebuah kata atau satuan ujaran disebut
polisemi kalau kata itu mempunyai makna lebih dari satu (Chaer, 2014:301). Bentuk polisemi
juga dapat ditemukan dalam bahasa Jepang. Bagi para pembelajar bahasa Jepang, kosakata
merupakan salah satu hal penting yang harus dipelajari dan diingat.
Dalam konteks ini pembelajar bahasa Jepang akan kesulitan jika mendapati kosakata
bahasa Jepang yang memiliki padanan makna yang beragam dalam bahasa Indonesia dan
maksud yang ingin disampaikan melalui tulisan ataupun lisan. Keberagaman ini seringkali
membuat pembelajar bahasa Jepang kesulitan dalam menerjemahkan dan menentukan padanan
makna yang sesuai dengan konteks kalimatnya.
Salah satu kosakata bahasa Jepang yang berpolisemi adalah pada kelas kata verba atau
doushi. Doushi menurut Murakami dalam Sudjianto dan Dahidi merupakan salah satu kelas
kata dalam bahasa Jepang dengan ajektiva-i dan ajekiva-na menjadi salah satu jenis yoogen.
Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu
(Sudjianto, 2004, p. 149)
Salah satu verba yang berpolisemi adalah nobiru. Dalam kokugojiten menyatakan bahwa
verba nobiru memiliki empat makna, yaitu :
1. Seichou suru ‘memiliki makna pertumbuhan’
2. Taka ku naru ‘memiliki makna lebih tinggi’
3. Hatten suru ‘memiliki makna mengembangkan’
4. Sakan ni naru ‘memiliki makna berkembang’.
(Akira, 1992)
Sedangkan dalam kamus Kenji Matsura verba nobiru memiliki arti terentang; memanjang;
diundurkan; tumbuh dan berkembang (Matsura Kenji, 1994, p. 792).
Dari makna-makna diatas dapat kita pahami bahwa verba ini memiliki berbagai padanan
makna dalam bahasa Indonesia. Keberagaman makna verba ini dapat pula dilihat dari contoh
berikut :
(1) 足の爪は一ヶ月にどのくらい伸びるのですか。
Ashi no tsume wa i-kagetsu ni dono kurai nobiru no desuka.