NIJI
Jurnal Kajian Sastra, Budaya, Pendidikan dan Bahasa Jepang
Vol. 3, No. 1, Januari 2021, p-ISSN 2355-889X
https://doi.org/10.18510/jt.2021.xxx
http://jurnal.stibainvada.ac.id/
40
REPRESENTASI MASKULINITAS
DALAM ANIME GEKKAN SHOUJO NOZAKI-KUN KARYA IZUMI TSUBAKI
(KAJIAN WACANA)
Aulia Arifbillah Anwar
Institut Pendidikan dan Bahasa (IPB) Invada Cirebon
Nurlela
Institut Pendidikan dan Bahasa (IPB) Invada Cirebon
Laras Dwi Hutami
Institut Pendidikan dan Bahasa (IPB) Invada Cirebon
Riwayat Artikel:
Diterima Oktober 2020;
Direvisi Desember 2020;
Disetujui Januari 2021.
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang ragam bahasa pria (danseigo). Rumusan masalah yang
dibahas dalam penelitian ini adalah ekspresi bunmatsu hyoogen dan aspek leksikal yang
menandai maskulinitas dalam penggunaan danseigo dan representasi maskulinitas yang
digambarkan oleh Yuzuki Seo dan Kashima Yuu dalam anime Gekkan Shoujo Nozaki-kun.
Sumber data dari penelitian ini adalah tuturan-tuturan yang mengandung ekspresi bunmatsu
hyoogen dan aspek leksikal danseigo sebagai penanda maskulinitas yang digunakan oleh
Yuzuki Seo dan Kashima Yuu dalam anime Gekkan Shoujo Nozaki-kun. Adapun metode yang
digunakan adalah metode deskriptif dengan pengumpulan data melalui metode simak dan
teknik catat. Hasil dalam penelitian ini adalah ditemukan sebanyak 47 data yang digunakan
oleh Yuzuki Seo dan Kashima Yuu sebagai penanda maskulinitas dan representasi
maskulinitas yang digambarkan oleh keduanya. Data yang ditemukan kemudian diklasifikasi
berdasarkan jenis dan fungsi serta representasi yang digambarkannya. Adapun rincian sebagai
berikut: dari 47 data yang digunakan sebagai penanda maskulinitas, ditemukan sebanyak 33
data yang mengandung shuujoshi (na/naa, ze, zo dan sa), 12 data yang mengandung ninshou
daimeishi (boku, omae, aitsu, dan yatsu), dan 2 data mengandung kandoushi (you dan naa).
Representasi maskulinitas yang tergambar dari penggunaan danseigo oleh kedua tokoh
wanita, yaitu 1) merepresentasikan sifat cuek atau tidak peduli (14 data), 2)
merepresentasikan sifat agresif dan kompetitif (5 data), 3) merepresentasikan sifat tegas (14
data), dan 4) merepresentasikan sifat dominan (13 data).
Kata kunci: danseigo, bunmatsu hyoogen, ninshou daimeishi, kandoushi, representasi
Aulia Arifbillah Anwar, Nurlela dan Nurlela
Representasi Maskulinitas dalam Anime Gekkan Shoujo Nozaki-Kun Karya Izumi
Tsubaki (Kajian Wacana)
41
PENDAHULUAN
Representasi merupakan hubungan antara makna dan bahasa dengan budaya (Hall, 2003,
p. 15). Bahasa adalah media istimewa yang digunakan untuk memahami berbagai hal, dimana
makna diproduksi dan dipertukarkan (Audria & Syam, 2019). Makna hanya bisa kita peroleh dari
akses umum terhadap bahasa (Maduwu, 2016). Bahasa dapat membangun atau memproduksi
makna karena bahasa berfungsi sebagai sistem representasi (Budiwati, 2011). Salah satu
buktinya adalah adanya bahasa gender dalam beberapa negara (Hillan, Suyitno, & Andayani, 2019)
yang kemudian digunakan sebagai bentuk refleksi atau representasi maskulinitas dan
kefeminiman penuturnya (Wijaya, Hasaniy, & Pebiyanti, 2021). Dalam masyarakat penutur bahasa
Jepang khususnya, bahasa gender dibagi menjadi dua (Pramandhani, 2021), yaitu danseigo
dan joseigo atau ragam bahasa pria dan Wanita (Nimas, 2013). Penutur pria biasanya
menggunakan danseigo sedangkan penutur wanita menggunakan joseigo (Yulia, 2018).
Namun, berdasarkan fakta yang ditemui dalam sebuah film, drama, manga dan anime terjadi
penyimpangan penggunaan danseigo dan joseigo. Adanya penyimpangan inilah yang
kemudian dapat mempengaruhi refleksi atau representasi maskulinitas dan kefeminiman
penuturnya. Berikut merupakan salah satu contohnya:
Data A2.1 dan A3.1
瀬尾 :よっしゃ!勝つ
ぞー
(Data A2.1)
犯則でも構わない 退場するまでのゲームだ
(Data A3.1)
審判員 : 13 ファール
佐倉 : 嫌な敵に当たった時の練習らしいよ
野崎 : スポーツマンシップ ゼロだな
Seo : Yossha! katsu zoo
Hansoku demo kamawanai, taijou suru made no geemu daze
Shinpanin : Juu san ban faaru
Sakura : Iya na teki ni atatta toki no renshuu rashii yo
Nozaki : Supootsu man shippu zero dana
Seo : Baiklah! Aku akan menang.
Aku tidak peduli dengan peraturan! aku akan terus bermain sampai aku
diusir!
Wasit : Nomor 13 (Seo) pelanggaran.
Sakura : Seperti latihan melawan musuh yang buruk.
Nozaki : Dia tidak memiliki sportmanship.
(Gekkan Shoujo Nozaki-kun Episode 2, 13.10-14.00)
Data A2.1 dan A3.1 merupakan contoh penyimpangan shuujoshi danseigo oleh salah satu
tokoh wanita dalam anime Gekkan Shoujo Nozaki-kun, Yuzuki Seo. Shuujoshi zo yang
Aulia Arifbillah Anwar, Nurlela dan Nurlela
Interpretasi Makna Simbolik Kanji yang Menggunakan Bushu Ninben dan Kihen
(Kajian Semiotik)
42
digunakan pada tuturan 勝つ
berfungsi untuk menambah kekuatan kata untuk
memberanikan diri sendiri atau mendesak diri sendiri. Seo menuturkannya dengan penuh
semangat dan penekanan, terutama pada bagian akhir. Sifat atau sikap maskulinitas yang
terlihat dari tuturan tersebut adalah pantang menyerah, kompetitif dan agresif. Hal ini terlihat
dari caranya menuturkan tuturan data A2.1 dengan penuh semangat dan penekanan bahwa ia
akan menang.
Shuujoshi ze yang digunakan pada tuturan
犯則でも構わない、退場するまでのゲームだ
berfungsi untuk mengekspresikan
suatu pernyataan kepada seseorang atau memamerkan kemauan. Dengan memaparkan data
A3.1, Seo bermaksud untuk menyatakan bahwa dia tidak akan segan-segan melakukan
pelanggaran atau bahkan dikeluarkan dari permainan. Jika dihubungkan dengan data A2.1,
maka maksud yang ingin disampaikan oleh Seo adalah dia tidak akan segan-segan melakukan
pelanggaran bahkan sampai dikeluarkan dari permainan untuk menang. Dari maksud tuturan
data A2.1 dan A3.1 dapat diketahui representasi maskulinitas yang ditampilkan oleh tokoh
Yuzuki Seo dari kedua tuturan adalah tidak mau kalah atau kompetitif dan mendominasi serta
agresif. Representasi ini juga diperkuat dengan pernyataan Nozaki yang mengatakan bahwa
Seo sama sekali tidak memiliki sportsmanship.
Beberapa penelitian yang penulis temui terkait penyimpangan penggunaan danseigo dan
representasi yang digambarkannya diantaranya adalah Ayuningtyas (2017) dengan judul
Penggunaan Ragam Bahasa Pria oleh Tokoh Wanita dalam Anime Kaichou Wa Maid Sama
dan Ariefa dan Mutiawanthi (2016) dengan judul Representasi Gender dalam Folklor Jepang.
Ayuningtyas (2017) meneliti tentang bentuk-bentuk ragam bahasa pria yang digunakan
oleh tokoh wanita dalam anime Kaichou Wa Maid Sama dan faktor-faktor yang
melatarbelakangi penggunaannya dengan menggunakan pendekatan sosiolinguistik. Dari hasil
analisis yang dilakukannya, didapat bahwa bentuk ragam bahasa pria yang digunakan adalah
shuujoshi, kandoushi dan ninshou daimeishi. Shuujoshi danseigo yang digunakan dalam
anime Kaichou Wa Maid Sama adalah yo, na, kana, sa dan zo. Penggunaan kandoushi dalam
anime tersebut adalah oi dan iya, sedangkan ninshou daimesihi yang digunakan adalah jibun,
omaera, omae dan aitsu. Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan ragam
bahasa pria oleh tokoh wanita dalam anime Kaichou Wa Maid Sama adalah faktor usia, faktor
uchi, faktor status sosial dan faktor situasi. Ayuningtyas (2017) juga menyatakan bahwa faktor
situasi merupakan faktor yang paling mempengaruhi penggunaan ragam bahasa pria oleh
Aulia Arifbillah Anwar, Nurlela dan Nurlela
Interpretasi Makna Simbolik Kanji yang Menggunakan Bushu Ninben dan Kihen
(Kajian Semiotik)
43
tokoh tersebut. Ariefa dan Mutiawanthi (2016) yang meneliti tentang representasi gender yang
tergambar dalam folklor Jepang dengan menggunakan pendekatan feminisme. Dari hasil
analisis yang dilakukan, terdapat penggambaran representasi yang berbeda antara tokoh
perempuan dan laki-laki, yaitu terkait masalah gender yang mencakup perbedaan ruang
aktivitas, penggambaran karakter, serta peran atau tanggung jawab.
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu, kajian yang
digunakan pada penelitian ini adalah kajian wacana, sedangkan kajian yang digunakan pada
penelitian terdahulu adalah kajian sosiolinguistik. Penelitian terdahulu hanya terfokus pada
penyimpangan penggunaan danseigo atau representasinya saja, sedangkan penelitian ini
berfokus pada representasi yang tergambarkan dari penyimpangan penggunaan danseigo.
Penelitian representasi maskulinitas dalam anime Gekkan Shoujo Nozaki-kun karya Izumi
Tsubaki ini didasari oleh ketertarikan penulis untuk melihat bagaimana penggunaan bahasa
gender, khususnya penyimpangan danseigo yang digunakan oleh penutur wanita serta bentuk
representasi maskulinitas yang digambarkannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi dan memaparkan ekspresi bunmatsu hyoogen dan aspek leksikal yang
menandai makulinitas dalam penggunaan danseigo, serta memaparkan representasi
maskulinitas yang digambarkan oleh tokoh Yuzuki Seo dan Yuu Kashima dalam anime
Gekkan Shoujo Nozaki-kun karya Izumi Tsubaki.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam (Moeloeng, 2005, p. 4)) metodelogi kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pada penelitian ini, metode deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan tuturan-tuturan yang berupa aspek leksikal (ninshou
daimeishi/kata ganti orang dan kandoushi/interjeksi) dan ekspresi bunmatsu hyoogen
(shuujoshi/partikel akhir) danseigo yang menandai maskulinitas yang digunakan oleh tokoh
Yuzuki Seo dan Yuu Kashima dalam anime Gekkan Shoujo Nozaki-kun. Pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan metode simak dan teknik catat. Menurut Mahsun (2012, p.
92) metode simak digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak
penggunaan bahasa. Dalam penelitian ini, penulis menyimak tuturan-tuturan yang berupa
danseigo yang digunakan oleh tokoh Yuu Kashima dan Yuzuki Seo dalam anime Gekkan
Shoujo Nozaki-kun. Sementara itu, teknik catat adalah teknik yang dilakukan setelah
Aulia Arifbillah Anwar, Nurlela dan Nurlela
Interpretasi Makna Simbolik Kanji yang Menggunakan Bushu Ninben dan Kihen
(Kajian Semiotik)
44
melakukan penyimakan dan dilanjutkan dengan klasifikasi data agar lebih mudah (Mahsun,
2012, p. 93). Pencatatan dilakukan pada tuturan-tuturan yang berupa penggunaan aspek leksikal
(ninshou daimeishi/kata ganti orang dan kandoushi/interjeksi) dan ekspresi bunmatsu hyoogen
(shuujoshi/partikel akhir) danseigo yang menandai maskulinitas yang digunakan oleh tokoh
Yuu Kashima dan Yuzuki Seo dalam anime Gekkan Shoujo Nozaki-kun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis, sebanyak empat puluh tujuh (47) data yang digunakan oleh
Yuzuki Seo dan Kashima Yuu sebagai penanda maskulinitas dan representasi maskulinitas
yang digambarkan oleh keduanya. Data yang ditemukan kemudian diklasifikasi berdasarkan
jenis dan fungsi yang digunakan sebagai penanda maskulinitas serta representasi yang
digambarkannya sebagai berikut.
Tabel 1. Penanda Maskulinitas
Penanda Maskulinitas
Jumlah
Partikel Akhir (Shuujoshi)
33
Kata Ganti Orang (Ninshou Daimeishii)
12
Interjeksi (Kandoushi)
2
Tabel 2. Representasi Maskulinitas
Representasi Maskulinitas
Jumlah
Sifat Cuek atau Tidak Peduli
14
Sifat Agresif dan Kompetitif
5
Sifat Tegas
14
Sifat Dominan
13
Pembahasan
Penanda Maskulinitas
Teori yang digunakan dalam analisis ini adalah teori Sudjianto (2007, pp. 6466).
Menurutnya, salah satu perbedaan pria dan wanita yang dapat merepresentasikan maskulinitas
dan feminitas penuturnya adalah dalam penggunaan aspek leksikal (ninshou daimeishi/kata
ganti orang dan kandoushi/interjeksi) dan ekspresi bunmatsu hyoogen (shuujoshi/partikel
akhir).
Aulia Arifbillah Anwar, Nurlela dan Nurlela
Interpretasi Makna Simbolik Kanji yang Menggunakan Bushu Ninben dan Kihen
(Kajian Semiotik)
45
Tabel 3. Analisis Penanda Maskulinitas
Penanda Maskulinitas
Partikel Akhir (Shuujoshi)
Kata Ganti Orang (Ninshou Daimeishii)
Interjeksi (Kandoushi)
Partikel Akhir (Shuujoshi)
Data A1.2
絶対迎えに行くから
Zettai mukae ni ikukara na!
Aku pasti akan kembali padamu!
(Gekkan Shoujo Nozaki-kun, Episode 2, 16.43-16.45)
Shuujoshi na pada data A1.2 digunakan untuk memperhalus suatu penegasan.
Penegasan yang dimaksud adalah Seo yang menegaskan bahwa dia akan kembali kepada
Nozaki.
Kata Ganti Orang (Ninshou Daimeishii)
Data B4.1
そんな強がり言う君もかわいいよ
のバンビーノ
Sonna tsuyo gari iu kimi mo kawaii yo boku no banbiino
Berlagak berani membuatmu sangat imut, bambinoku.
(Gekkan Shoujo Nozaki-kun, Episode 8, 04.35-04.39)
Aulia Arifbillah Anwar, Nurlela dan Nurlela
Interpretasi Makna Simbolik Kanji yang Menggunakan Bushu Ninben dan Kihen
(Kajian Semiotik)
46
Pada data B4.1, ninshou daimeishi yang digunakan oleh Kashima adalah kata ganti
orang pertama, yaitu boku yang berarti aku. Kata boku digunakan pada situasi non formal
terhadap orang yang sederajat, teman sebaya atau bawahan. Penggunaan boku sebenarnya
sama dengan ore karena keduanya merupakan kata ganti orang pertama yang sering
digunakan oleh penutur laki-laki. Walaupun memiliki fungsi yang sama, ore terkesan
lebih kasar dibandingkan boku. Selain itu, boku sering penulis temui dalam berbagai film,
drama dan anime digunakan oleh orang yang memiliki derajat yang tinggi atau dihormati
oleh orang lain seperti seorang pangeran, bangsawan, dan lain sebagainya. Ketika
Kashima menuturkan data B4.1 ia menempatkan dirinya sebagai seorang pangeran. Hal
ini didasarkan pada seringnya ia mendapatkan peran sebagai seorang pangeran dalam
kegiatan klub dramanya dan juga julukan gakuen no ouji-sama atau pangeran sekolah
yang diberikan oleh siswa lainnya.
Interjeksi (Kandoushi)
Data A7.1
なぁ
少し話してこうぜ いいだろ
Naa sukoshi hanashite kou ze ii daro
Hei, kita bahas sekarang saja ya, boleh kan.
(Gekkan Shoujo Nozaki-kun, Episode 10, 06.55-06.58)
Pada data A7.1 kandoushi yang digunakan oleh Seo adalah kandoushi naa yang
digunakan untuk menarik perhatian lawan bicara dan memanggil teman atau orang yang
kedudukannya lebih rendah dari si pembicara. Saat menggunakan kandoushi naa, Seo
menempatkan dirinya pada posisi di atas Wakamatsu sebagai seniornya.
1. Representasi Maskulinitas
Teori yang dijadikan sebagai tolak ukur representasi maskulinitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori Rokhmansyah (2016, p. 8) dan Lionel Tiger (dalam (Sokowati,
2017, p. 3)). Menurut Rokhmansyah, fisik laki-laki yang tidak direpotkan oleh siklus reproduksi
tersebut dikonstruksi oleh budaya sebagai fisik yang kuat, kekar, jantan, perkasa, dan bahkan
kasar (2016:8). Adapun menurut Lionel Tiger (dalam (Sokowati, 2017, p. 3), berasal dari spesies
pemburu. Ia berpendapat bahwa tubuh pria merupakan pembawa maskulinitas natural yang
diproduksi oleh proses evolusi sehingga pria mewarisi gen-gen maskulinitas, yaitu
kecenderungan pria yang agresif, ataupun kompetitif.
Aulia Arifbillah Anwar, Nurlela dan Nurlela
Interpretasi Makna Simbolik Kanji yang Menggunakan Bushu Ninben dan Kihen
(Kajian Semiotik)
47
Tabel 4. Analisis Representasi Maskulinitas
Representasi Maskulinitas
Sifat Cuek atau Tidak Peduli
Data A1.1
あんたデケェから近くにいると意外と邪魔だよ
Anta dekee kara chikaku ni iru to igai to jama dayona
Karna kau (berbadan) besar, berada sedekat ini jadi
terlihat menghalangi jalan
(Gekkan Shoujo Nozaki-kun Episode 2, 12.06-12.25)
Sifat Agresif dan Kompetitif
Data A3.2
よっし
⾏く
Yosshaa ikuzee
Okee, aku datang...
(Gekkan Shoujo Nozaki-kun, Episode 6, 00.54-01.26)
Sifat Tegas
Data A1.2
絶対迎えに⾏くから
Zettai mukae ni ikukara na!
Aku pasti akan kembali padamu!
(Gekkan Shoujo Nozaki-kun, Episode 2, 16.43-
16.45)
Sifat Dominan
Data A5.1
お前
丸⽂字書くんだな
Omae marumoji kakun dana...
Kau menulis seperti perempuan ya...
(Gekkan Shoujo Nozaki-kun, Episode 6, 09.10-09.33)
Sifat Cuek atau Tidak Peduli
Data A1.1
佐倉 : 結⽉ 前も追いかけられてたよね
瀬尾 : ってか B組の野崎じゃん
あんたデケェから近くにいると意外と邪魔だよ
なんで最近千代と⼀緒に
わかった
ロリコンか
野崎 : 「イラッ」
Sakura : Yuzuki, mae mo iikakerareta yone
Seo : tteka B gumi no Nozaki jan
Anta dekee kara chikaku ni iru to igai to jama dayona
Nande saikin Chiyo to isshoni. . .
Wakatta
Rorikon ka
Aulia Arifbillah Anwar, Nurlela dan Nurlela
Interpretasi Makna Simbolik Kanji yang Menggunakan Bushu Ninben dan Kihen
(Kajian Semiotik)
48
Nozaki : (Ira~)
Sakura : Sebelumnya juga kamu dikejar-kejar kan
Seo : Bukankah kamu Nozaki dari kelas B
Karna kau (berbadan) besar, berada sedekat ini jadi terlihat menghalangi jalan
Kenapa akhir-akhir ini kau selalu bersama Chiyo...
Aku tahu
Kau Lolicon ya?
Nozaki : (Kesal)
Konteks :
Percakapan terjadi antara Seo, Nozaki dan Sakura di lorong depan kelas. Saat itu,
Nozaki dan Sakura sedang membicarakan tipe karakter atau model yang akan dijadikan
karakter baru dalam manganya. Chiyo menyarankan Seo sebagai modelnya dan
mengajaknya untuk menemui Seo agar ia bisa melihat karakternya secara langsung.
Percakapan dimulai setelah Seo berkejaran dengan guru piket dengan alasan yang tidak
dijelaskan.
(Gekkan Shoujo Nozaki-kun Episode 2, 12.06-12.25)
あんたデケェから近くにいると意外と邪魔だよ
Anta dekee kara chikaku ni iru to igai to jama dayona
Karna kau (berbadan) besar, berada sedekat ini jadi terlihat menghalangi jalan
Pada penggalan percakapan data A1.1, shuujoshi na digunakan untuk memperhalus
pengaruh suatu penegasan. Penegasan yang dimaksud adalah opini atau pendapat Seo
tentang Nozaki yang terlihat menghalangi jalan karena dia (berbadan) besar. Representasi
yang didapat dari data A1.1 adalah sifat cuek atau tidak peduli. Hal ini didasarkan pada
tuturan Seo yang terkesan asal bicara tanpa memperdulikan perasaan lawan bicaranya.
Pendapat ini juga diperkuat dengan tuturan Seo yang terkesan menuduh Nozaki sebagai
lolicon. Lolicon adalah julukan atau sebutan yang diberikan kepada seseorang yang
memiliki obsesi kepada anak-anak dibawah umur, menjelang atau masa pubertas. Julukan
tersebut Seo tuturkan karena perawakan Sakura yang mungil dan imut membuatnya
terlihat seperti anak-anak, serta Nozaki dan Sakura yang akhir-akhir ini sering terlihat
bersama.
Sifat Agresif dan Kompetitif
Data A3.2
瀬尾 : よっしゃー ⾏く
ぜー
パス
Aulia Arifbillah Anwar, Nurlela dan Nurlela
Interpretasi Makna Simbolik Kanji yang Menggunakan Bushu Ninben dan Kihen
(Kajian Semiotik)
49
シュート
野崎 : 若松
若松 : 野崎先輩 お久しぶりです
瀬尾 : シュート
野崎 : だっ ⼤丈夫か 若松
若松 : はい
Seo : Yosshaa iku zee
Pasu
Shuuto
Nozaki :Wakamatsu
Wakamatsu :Nozaki senpai ohishashiburi desu
Seo :Shuuto
Nozaki :Daa... daijoubu ka Wakamatsu
Wakamatsu :Hai...
Seo : Okee, aku datang....
Pas
Lempar
Nozaki : Wakamatsu
Wakamatsu : Senior Nozaki, lama tidak berjumpa.
Seo : Lempar
Nozaki : A...Apa kau baik-baik saja Wakamatsu?
Wakamatsu : Ya...
Konteks :
Percakapan ini terjadi antara Wakamatsu dan Nozaki di gym basket. Saat itu Seo sedang
membantu klub bola basket laki-laki dalam latihan tanding. Sedangkan Nozaki sendiri
tidak sengaja masuk ketika mendengar suara tawa Seo ketika melewati gym basket dan
masuk untuk mengeceknya.
(Gekkan Shoujo Nozaki-kun, Episode 6, 00.54-01.26)
よっし
行く
Yosshaa ikuzee
Okee, aku datang...
Shuujoshi ze pada data A3.2 berfungsi untuk membuat suatu pernyataan kepada
seseorang atau memamerkan kemauan. Fungsi ini mengacu pada tuturan Seo yang
memamerkan kemauannya dan pernyataannya dengan berkata bahwa dia akan datang
pada mereka (tim basket laki-laki) juga seperti memberitahu mereka untuk bersiap
menghadapinya. Selain itu, shuujoshi ze juga berfungsi untuk menarik perhatian lawan
bicara dan mengeraskan nada ucapan. Hal tersebut dapat dilihat dari cara Seo yang
menuturkan data A3.2 dengan berteriak sehingga perhatian tim basket laki-laki mengarah
padanya.
Aulia Arifbillah Anwar, Nurlela dan Nurlela
Interpretasi Makna Simbolik Kanji yang Menggunakan Bushu Ninben dan Kihen
(Kajian Semiotik)
50
Sifat agresif dan kompetitif didapat dari caranya mengucapkan kata ikuzee dengan
lantang dan penuh semangat sembari berlari mendribel bola menerobos lawannya. Selain
itu, cara Seo mengoper dan melempar bola sangatlah kasar. Beberapa kali bola itu
mengenai wajah pemain lain, termasuk Wakamatsu.
Sifat Tegas
Data A1.2
野崎 : ちょっと待って お前逃げる気満々だろ!
瀬尾 : やばい ⽣徒指導の⻘⽊だ
⻘⽊ : こらぁー
待たんか 瀬尾ー
瀬尾 : 野崎 こいつをかくまってくれ
私の命 あんたになら あずけられる
野崎 : 瀬尾
瀬尾 : 絶対迎えに⾏くから
野崎 : 待ってるぞ 瀬尾
Nozaki : Chotto matte omae nigeru kiman man daro!
Seo : Yabai seitou shidou no Aoki da
Aoki : Koraa
Matanka Seoo
Seo : Nozaki koitsu o kakumatte kure
Watashi no inochi anta ni nara azukerareru
Nozaki : Seo
Seo : Zettai mukae ni iku kara na
Nozaki : Matteru zo Seo
Nozaki : Tunggu sebentar, kau hanya ingin melarikan diri kan!
Seo : Gawat, itu guru bimbingan konseling (BK) pak Aoki
Aoki : Heyy….
Berhenti Seo
Seo : Nozaki, aku akan menyerahkan ini padamu.
Hidupku, kupercayakan padamu
Nozaki : Seo
Seo : Aku pasti akan kembali padamu!
Nozaki : Ya, aku akan menunggumu Seo
Konteks :
Percakapan ini terjadi antara Nozaki dan Seo dilorong kelas. Saat itu Nozaki dan Seo
diminta untuk membawakan kertas dan buku ke ruang IPA oleh guru. Selama perjalanan
menuju ruang IPA, Seo menggambarkan dirinya sebagai perempuan yang memiliki
banyak kelebihan dengan nada dan detail yang dilebih-lebihkan. Tak lama dia
Aulia Arifbillah Anwar, Nurlela dan Nurlela
Interpretasi Makna Simbolik Kanji yang Menggunakan Bushu Ninben dan Kihen
(Kajian Semiotik)
51
mengusulkan untuk melakukan suatu permainan dengan hukuman yang kalah akan
membawa semuanya ke ruang IPA sendiri. Seo bermain curang dan berusaha untuk
kabur namun, ia malah dipergoki oleh guru BK yang mengejarnya pagi tadi.
(Gekkan Shoujo Nozaki-kun, Episode 2, 15.46-16.47)
絶対迎えに行くから
Zettai mukae ni ikukara na!
Aku pasti akan kembali padamu!
Pada percakapan data A1.2, shuujoshi na digunakan untuk memperhalus suatu
penegasan dan meminta agar orang lain setuju. Penegasan yang dimaksud pada data A1.2
adalah Seo yang menegaskan bahwa dia akan kembali kepada Nozaki. Representasi
maskulinitas yang tergambar dari data A1.2 adalah sifat tegas. Pernyataan ini diperkuat
dengan penggunaan kata zettai yang berarti pasti selain itu, saat menuturkannya Seo
memberikan penekanan pada kata zettai dan pada shuujoshi na sehingga memberikan
kesan tegas dan penuh kepastian pada tuturannya. Cara Seo menuturkannya membuat
Nozaki menyetujui untuk membawa bagiannya, padahal pada percakapan sebelumnya
Nozaki sangat kesal saat Seo berusaha untuk melarikan diri.
Sifat Dominan
Data A5.1
若松 : まさか俺の呼び出しだとは思わなかったでしょう 瀬尾先輩
瀬尾 : アー、マジで驚いたぜ
お前
丸⽂字書くんだな
若松 : ずっと⾔おう⾔おうと思っていたのですが
俺の⾔いたいこと さすがにわかりますよね
瀬尾 : そりゃわかるって
Wakamatsu : Masaka ore no yobidashi dato wa omowanakatta deshou
Seo senpai.
Seo : Aa, maji de odoroita ze
Omae maru moji kakun dana....
Wakamatsu : Zutto iou iou to omotte itano desuga
Ore no iitai koto sasuga ni wakaru yone
Seo : Sorya wakaru tte
Wakamatsu : Kau sama sekali tidak menyangka kan kalau aku yang
memanggilmu, senior Seo.
Seo : Yaa, aku benar-benar terkejut
Kau menulis seperti perempuan ya...
Wakamatsu : Aku selalu ingin mengatakan ini padamu.
Aulia Arifbillah Anwar, Nurlela dan Nurlela
Interpretasi Makna Simbolik Kanji yang Menggunakan Bushu Ninben dan Kihen
(Kajian Semiotik)
52
Kau pasti sudah tahu kan apa yang ingin kukatakan.
Seo : Aku tahu.
Konteks :
Percakapan ini terjadi di atap sekolah antara Seo dan juniornya dari klub basket
Wakamatsu. Wakamatsu merasa tergangu dan kesal dengan cara Seo bermain basket
yang agresif dan sering kali ia memainkan permainan foul dengan cara mendorong atau
melempar bola dengan keras ke pemain lainnya hingga membuat pemain jatuh dan
terluka. Wakamatsu bermaksud untuk menyampaikan keluhannya terhadap Seo dengan
menggunakan shoujo manga sebagai referensi cara untuk mengajak Seo bertemu dan
cara menyampaikan keluhannya.
(Gekkan Shoujo Nozaki-kun, Episode 6, 09.10-09.33)
お前
丸文字書くんだな
Omae marumoji kakun dana...
Kau menulis seperti perempuan ya...
Pada percakapan data A5.1, ninshou daimeishi yang digunakan adalah kata ganti
orang kedua, yaitu omae yang berarti kamu. Omae memiliki kesan sangat kasar sehingga
lebih sering digunakan oleh laki-laki. Selain itu, penggunaannya juga dapat memberikan
gambaran kedekatan atau keakraban antara penutur dengan lawan bicaranya. Namun,
penggunaan omae pada data A5.1 lebih mengacu kepada penempatan posisi Seo sebagai
seorang senior diatas Wakamatsu sebagai juniornya sehingga representasi yang tergambar
dari data A5.1 adalah sifat dominasi. Hal ini didasarkan pada penggunaan kata ganti
orang kedua yang Seo gunakan kepada orang lain selain Wakamatsu berbeda. Sebagai
contoh saat berbicara dengan Nozaki ataupun Sakura, Seo cenderung menggunakan kata
ganti orang kedua anata atau anta.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat diketahui bahwa penggunaan ragam
bahasa pria atau danseigo dalam anime Gekkan Shoujo Nozaki-kun yang dituturkan oleh
Yuzuki Seo dan Yuu Kashima dapat merepresentasikan maskulinitas penuturnya. Representasi
maskulinitas yang digambarkan oleh tokoh Yuzuki Seo dan Yuu Kashima dalam anime
Gekkan Shoujo Nozaki-kun karya Izumi Tsubaki terdiri dari :
a. Representasi sifat cuek atau tidak peduli serta lebih mementingkan logika dibanding
perasaan, sebanyak empat belas (14) data.
b. Representasi sifat agresif dan kompetitif, sebanyak lima (5) data.
c. Representasi sifat tegas, sebanyak empat belas (14) data.
Aulia Arifbillah Anwar, Nurlela dan Nurlela
Interpretasi Makna Simbolik Kanji yang Menggunakan Bushu Ninben dan Kihen
(Kajian Semiotik)
53
d. Representasi sifat dominan atau meletakkan posisi dirinya berada diatas lawan
bicaranya, sebanyak tiga belas (13) data.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian tersebut, adapun simpulan yang diperoleh dari penelitian ini,
yaitu ekspresi bunmatsu hyoogen dan aspek leksikal yang menandai maskulinitas dalam
penggunaan danseigo oleh tokoh Yuzuki Seo dan Yuu Kashima dalam anime Gekkan Shoujo
Nozaki-kun karya Izumi Tsubaki terdiri atas. Ekspresi bunmatsu hyoogen atau partikel akhir
(shuujoshi) yang menandai maskulinitas dalam penggunaan danseigo oleh tokoh Yuzuki Seo
dan Yuu Kashima dalam anime Gekkan Shoujo Nozaki-kun karya Izumi Tsubaki terdiri dari
tiga puluh tiga (33) data. Bentuk-bentuk shuujoshi danseigo yang digunakan oleh kedua tokoh
wanita tersebut adalah shuujoshi na/naa, ze, zo dan sa. Aspek leksikal yang menandai
maskulinitas dalam penggunaan danseigo oleh tokoh Yuzuki Seo dan Yuu Kashima dalam
anime Gekkan Shoujo Nozaki-kun karya Izumi Tsubaki terdiri dari dua belas (12) data ninshou
daimeishi atau kata ganti orang serta dua (2) data kandoushi atau kata seru/interjeksi. Adapun
bentuk-bentuk data ninshou daimeishi atau kata ganti orang yang digunakan oleh kedua tokoh
wanita tersebut adalah ichininshou daimeishi seperti boku, nininshou daimeishi seperti omae,
dan sanninshou daimeishi seperti yatsu, dan aitsu. Lalu, kandoushi yang digunakan oleh
kedua tokoh wanita tersebut adalah naa dan you.
Aulia Arifbillah Anwar, Nurlela dan Nurlela
Interpretasi Makna Simbolik Kanji yang Menggunakan Bushu Ninben dan Kihen
(Kajian Semiotik)
54
REFERENSI
Ariefa, Nina Alia, & Mutiawanthi, Mutiawanthi. (2016). Representasi Gender dalam Folklor
Jepang. JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, 3(3), 261.
https://doi.org/10.36722/sh.v3i3.213
Audria, Aidil, & Syam, Hamdani M. (2019). Analisis Semiotika Representasi Budaya Jepang
Dalam Film Anime Barakamon. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu
Politik, 4(3).
Ayuningtias, Lintang Sekar. (2017). Penggunaan Ragam Bahasa Pria oleh Tokoh Wanita
dalam Anime Kaichou wa Maid Sama. Universitas Diponegoro.
Budiwati, Tri Rina. (2011). Representasi wacana gender dalam ungkapan berbahasa Indonesia
dan bahasa Inggris: Analisis wacana kritis. Jurnal Kawistara, 1(3).
Hall, Stuart. (2003). Representation : Cultural Representations and Signifying Practices.
London: Sage Publications.
Hillan, Amila, Suyitno, Suyitno, & Andayani, Andayani. (2019). Unsur Pembangun Realitas
Feminisme Profetik dalam Dwilogi Novel Scappa Per Amore Karya Dini Fitria.
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Era Revolusi
Industri 4.0,” 41–44.
Maduwu, Byslina. (2016). Pentingnya pembelajaran bahasa Inggris di sekolah. Warta
Dharmawangsa, (50).
Mahsun. (2012). Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.
Jakarta: Rajawali Pers.
Moeloeng, Lexy. J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nimas, Fransiska. (2013). Danseigo (Bahasa Pria) Dan Joseigo (Bahasa Wanita) Dalam
Komik “Chibimarukochan.” Japanese Literature, 2(1), 83–89.
Pramandhani, Vamelia Aurina. (2021). Makna Ragam Bahasa Jepang Danseigo Dalam Komik
Doraemon Volume 3. Jurnal CULTURE (Culture, Language, and Literature Review),
8(2), 132–141.
Rokhmansyah, Alfian. (2016). Pengantar Gender & Feminisme. Yogyakarta: Garudhawaca.
Sokowati, Muria Endah. (2017). Wacana Maskulinitas dan Seksualitas Remaja Laki-Laki
Dalam Artikel dan Rubrik Seksualitas Majalah Hai Tahun 1995-2004. Yogyakarta: Buku
Litera.
Sudjianto. (2007). Bahasa Jepang dalam Konteks Sosial dan Kebudayannya. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Aulia Arifbillah Anwar, Nurlela dan Nurlela
Interpretasi Makna Simbolik Kanji yang Menggunakan Bushu Ninben dan Kihen
(Kajian Semiotik)
55
Wijaya, Aksin, Hasaniy, Nur Rif’ah, & Pebiyanti, Tati Nur. (2021). Berislam dengan
Berkemanusiaan. IRCiSoD.
Yulia, Nova. (2018). Analisis Shuujoshi Sebagai Penanda Joseigo dan Danseigo dalam Komik
Detektif Conan Volume 92 Karya Gosho Aoyama. Omiyage: Jurnal Bahasa Dan
Pembelajaran Bahasa Jepang, 1(5).